Emotional Eating, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Emotional Eating, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Kesehatan 266

Perasaan stres kerap kali menyebabkan seseorang makan ketika mereka tidak sedang lapar. Mayoritas makanan yang dikonsumsi bukanlah makanan yang sehat, seperti keripik, chiki, cokelat, atau donat. Makan pun terkadang tidak mengenal waktu. Kondisi tersebut bisa merujuk ke perilaku emotional eating. Memilih makanan sebagai luapan emosi, apakah itu baik? Jawabannya ada dalam penjelasan artikel ini ya!

Shop with Me

Kaos Beautee
IDR 154.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
AZZURA CUSHION
IDR 90.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Sendok
IDR 3.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Posh Hijab body spray 150ml
IDR 18.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Apa itu Emotional Eating?

Memilih untuk mengonsumsi makan-makanan sebagai respon terhadap suatu emosi, itulah yang disebut dengan emotional eating. Ketika dilanda perasaan sedih atau kesal, banyak orang yang melampiaskannya dengan makan. Makan memang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup, namun ketika seseorang menganggap emotional eating hanyalah sebuah perasaan lamar, itu akan menjadi masalah.

Kenapa seperti itu? Karena dengan makan, masalah tidak akan teratasi. Itu hanyalah bentuk luapan emosi yang sedang dirasakan. Jadi, ketika makan ditujukan untuk melampiaskan rasa sedih, emosi, kesal, atau kecewa, hal tersebut bukanlah makan didasarkan atas rasa lapar. Tidak jarang, emotional eating justru membuat seseorang merasa bersalah dan malu karena tidak bisa mengatur kondisi emosionalnya.

Ada banyak alasan kenapa emotional eating bisa terjadi, misalnya karena faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal diantaranya karena stres terhadap pekerjaan, masalah kesehatan, ketakutan finansial, atau hubungan dengan pasangan yang sedang tidak baik. Sementara itu, faktor internal seperti ketidakmampuan untuk menyadari, memahami, memproses,  menggambarkan, atau mengelola emosi.

Emotional eating dapat terjadi pada siapa saja, tidak mengenal jenis kelamin, usia, dan proses kehidupan tertentu. Apakah emotional eating termasuk ke dalam eating disorder? Jawabannya adalah tidak, tetapi bisa jadi merupakan tanda dari eating disorder. Jika ini menjadi kebiasaan, seseorang akan langsung mencari makanan untuk meluapkan emosi mereka tanpa sadar akan hal itu.

Emotional eating adalah ketika seseorang melampiaskan emosinya dengan makan

Emotional Eating Tidak Sama dengan Lapar

Makanan membantu manusia untuk hidup. Ketika makan, dopamin akan dilepaskan, sehingga perasaan menjadi lebih baik. Selain bukan termasuk eating disorder, emotional eating bukanlah pertanda tubuh lapar secara fisik. Terkadang keduanya sulit untuk dibedakan. Berikut ini adalah perbedaan antara emotional eating dan lapar fisik.

  • Emotional eating datang secara tiba-tiba, sementara lapar fisik berkembang seiring waktu.

  • Emotional eating tidak menyadari perasaan kenyang dan tidak membuat seseorang berhenti makan, lapar fisik akan menyebabkan seseorang berhenti makan karena sudah kenyang.

  • Emotional eating dipicu oleh keinginan untuk meluapkan emosi yang kuat, sementara lapar fisik tergantung dari kapan waktu terakhir kali seseorang makan.

Tanda-tanda ketika emotional eating terjadi diantaranya adalah tidak bisa mengontrol keinginan untuk makan, emosi yang kuat membuat dorongan makan meningkat, tetap ingin makan walaupun tidak lapar, serta merasa berhasil menenangkan atau menghadiahi diri sendiri dengan makan. Emotional eating juga bisa terjadi ketika seseorang belum makan seharian atau tidak mengonsumsi makanan yang cukup.

Cara Mengelola Emotional Eating

Emotional eating bukanlah suatu perilaku yang sehat dan tidak baik jika diteruskan. Hal ini karena makanan yang diasup tidak bisa dikontrol, sehingga tidak peduli kandungan gizi dan jumlah yang dimakan. Selain itu, kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang overeating, yang menyebabkan dampak buruk seperti kehabisan energi dan ketidaknyamanan. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengelola emotional eating.

1. Kenali Perilaku Emotional Eating 

Belajarlah untuk mengenali alasan kamu makan saat ini adalah karena pergolakan emosi. Identifikasi apa saja yang telah terjadi, bisa karena stres pekerjaan kantor, permasalahan dalam hubungan, atau kondisi lainnya. 

2. Pastikan Tubuh Benar-Benar Lapar

Sebelum mulai mencari makanan atau membuka aplikasi ojek online, tanyakan pada diri sendiri, apakah saat ini sedang lapar atau tidak. Jika bisa, nilai skala laparnya dari 1 sampai 5. Ketika nilainya 1, maka tandanya tubuh tidak lapar secara fisik. 

3. Stok Cemilan yang Sehat

Daripada membeli banyak keripik, chiki, permen, atau biskuit untuk dijadikan stok cemilan, lebih baik perbanyak persediaan buah-buahan manis atau kacang-kacangan dan biji-bijian.

4. Temukan Coping Stres Selain Makanan

Carilah kegiatan-kegiatan lain yang bisa dilakukan untuk menghilangkan stres. Misalnya ketika sedang bosan, lakukan sesuatu yang meningkatkan pergerakan tubuh, misalnya bersih-bersih rumah. Ketika sedang stres pekerjaan, cobalah untuk berolahraga seperti jogging atau yoga.

Setiap orang dianjurkan untuk mengelola emosinya dengan baik

Mengelola emosi dengan baik akan membantu seseorang keluar dari kebiasaan emotional eating. Kondisi tersebut bukan termasuk ke dalam eating disorder, tetapi bisa merupakan sebuah pertanda. Emotional eating bisa dikelola dengan empat cara yaitu dikenali, dipastikan, dipersiapkan, dan dicari alternatifnya. Ada banyak artikel menarik lain dari Newfemme hadirkan, kunjungi website atau download aplikasinya!