Obesitas: Pengertian, Klasifikasi, dan Penyebab (Part 1)

Obesitas: Pengertian, Klasifikasi, dan Penyebab (Part 1)

Kesehatan 341

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh yang seringkali memengaruhi kesehatan. Obesitas ini adalah kondisi kesehatan jangka panjang (kronis) yang berkembang seiring berjalannya waktu dan meningkatkan risiko terkena penyakit tertentu, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker.

Shop with Me

Bitzen Topi Wanita Star Summer Hat Korean Fashion Knit Visor Sports Baseball Cap Topi Olahraga Rajut Katun
IDR 20.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Coffe Latte with others flavor
IDR 21.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Botol Minum Rainbow 1L
IDR 75.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
One set crinkle
IDR 99.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Klasifikasi

Umumnya, dokter menggunakan alat skrining berupa Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan obesitas. Indeks massa tubuh adalah perhitungan yang membandingkan antara berat badan dalam satuan kilogram (kg) dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (m⊃2;). Perhitungan ini digunakan karena mudah dan murah untuk dilakukan. Acuan yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut:

  • IMT 18,5 - 25 kg/m⊃2; adalah normal

  • IMT >25 - 27 kg/m⊃2; adalah gemuk (overweight)

  • IMT >27 kg/m⊃2; adalah obesitas

Klasifikasi di atas dapat digunakan untuk menentukan obesitas, tetapi ada pula yang merujuk pada klasifikasi secara internasional. Namun, terkadang acuan tersebut kurang cocok digunakan di Indonesia karena perbedaan ukuran tubuh. Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, berikut adalah klasifikasi untuk penentuan obesitas:

  • IMT <18>

  • IMT 18,5 - <25>

  • IMT 25 - <30>

  • IMT  ≥ 30 kg/m⊃2; adalah obesitas

Lebih lanjut, obesitas kemudian diklasifikasikan menjadi 3, yaitu

  • IMT 30 - <35>

  • IMT 35 - <40>

  • IMT ≥ 40 kg/m⊃2; adalah obesitas tingkat 3

Meskipun obesitas dapat ditentukan menggunakan perhitungan IMT, alat ini tidak akurat jika digunakan untuk mengukur atlet atau binaragawan. Hal ini karena mereka umumnya akan menghasilkan skor IMT yang tinggi, karena mayoritas dari komposisi tubuh mereka adalah otot bukan lemak. Selain dari pengukuran IMT, simpanan lemak berlebih dalam tubuh juga dapat ditentukan berdasarkan perhitungan lingkar perut, yang umum disebut dengan obesitas sentral. Kriterianya yaitu:

  • ≥ 90 cm untuk laki-laki

  • ≥ 80 cm untuk perempuan

Obesitas dapat diukur dengan IMT atau lingkar perut

Penyebab Obesitas

Pada dasarnya, obesitas disebabkan oleh konsumsi kalori yang lebih tinggi daripada kebutuhan tubuh. Misalnya, kamu mengonsumsi total kalori harian 2500 padahal kebutuhanmu hanya 1800 dan itu berlangsung dalam jangka panjang. Namun, obesitas tidak melulu hanya soal kalori, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi, mulai dari yang bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan:

1. Konsumsi Kalori Berlebih

Sumber kalori berlebih utamanya berasal dari makanan cepat saji, yang setiap porsinya mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula, dan tinggi natrium. Selain itu banyak pula makanan dan minuman manis dengan kandungan gula yang tinggi. Salah satu penyebab mengapa makanan seperti ini peminatnya tinggi adalah karena rasanya yang enak, terjangkau, dan mudah diakses. 

Konsumsi kalori berlebih bukan saja akibat dari kebiasaan makan sehari-hari, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi, seperti kecemasan, kebosanan, kesepian, bahkan depresi. Faktor ini menyebabkan seseorang mengonsumsi makanan tertentu (biasanya tinggi kalori) untuk mengaktifkan pusat kesenangan di otak.

Tak hanya itu, banyaknya iklan yang bertebaran, baik melalui televisi maupun media sosial, juga mendorong konsumsi makanan-makanan tersebut. Iklan membuat produk-produk ini tampak seperti bagian normal dari kehidupan sehari-hari. Belum lagi diperkuat dengan banyaknya promo serta diskon yang diberikan. Mau tidak mau, peminatnya akan meningkat.

Konsumsi kalori berlebih adalah penyebab dasar obesitas

2. Sedentary Lifestyle

Sedentary lifestyle merupakan gaya hidup dengan tidak banyak bergerak. Contohnya seperti rebahan seharian di kasur, bermain game berjam-jam di depan komputer, lebih sering duduk daripada berjalan saat bekerja, atau memilih untuk menggunakan kendaraan daripada berjalan kaki untuk menempuh lokasi yang dekat.

Selain itu, ada pula penyebab sedentary lifestyle yang tidak dapat dikendalikan, seperti penyandang disabilitas atau lansia, yang menyebabkan mereka memiliki keterbatasan dalam bergerak. Semakin sedikit gerak, maka semakin sedikit kalori yang dibakar. Ketika kalori yang masuk lebih tinggi daripada kalori yang dibakar, maka obesitas terjadi. 

3. Gangguan Hormon karena Kurang Tidur

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur meningkatkan risiko penambahan berat badan dan berujung pada obesitas. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan hormonal. Kurang tidur menyebabkan rendahnya produksi leptin (hormon penekan nafsu makan) sementara tubuh terus memproduksi ghrelin (hormon perangsang nafsu makan).  

4. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu dapat menyebabkan penambahan berat badan. Misalnya seperti antidepersan, steroid, obat anti kejang, obat diabetes, dan beta-blocker. Maka dari itu, jika khawatir terhadap berat badan, diskusikan kepada dokter apakah obat tersebut akan berdampak pada berat badan atau tidak.

Yuk, Baca artikel lanjutan tentang obesitas ini hanya di Newfemme ya!