Paulo Coelho Merasa Senang Bukunya Dibajak

Paulo Coelho Merasa Senang Bukunya Dibajak

Gaya Hidup 608

Hasil riset dari Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara di dunia. Ironis, di tengah minat baca yang rendah, justru buku bajakan merajalela di masyarakat Indonesia. Hampir setiap penulis merasa dirugikan jika menemukan pembajakan terhadap tulisan yang diterbitkannya. Tapi berbeda dengan Paulo Coelho.

Shop with Me

Serum The Ultimate Brightening Glowing NSY / Anti Acne / Anti Aging / Dark Spot Serum Terbaik Masa Kini Mencerahkan Wajah, Menghilangkan Flek, Mengkenyalkan Kulit, Menyamarkan Noda Bekas Jerawat, Memutihkan Wajah, Anti iritasi dan Dapat Digunakan 14 Thn
IDR 59.900
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Toples Kaca Penyimpanan Makanan Bamboo Cover - YS-7061
IDR 61.600
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bola basket
IDR 1.099.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Pigura Mahar Pernikahan Ukuran 32x22 cm
IDR 250.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Sosok Paulo Coelho (sumber : Wikipedia)

Ternyata kesuksesan novel The Alchemist tidak menjadikannya sombong membuatnya sombong. Dilansir dari laman twitter milik Paulo, Ia menyatakan senang jika buku-bukunya dibajak.

 

Paulo Coelho senang bukunya dibajak (sumber : Twitter)

Bersamaan dengan unggahan foto seorang pemuda yang tampak menjajakan buku-buku bajakan karyanya, Paulo Coelho bercuit “Orang-orang menyebutnya edisi ‘bajakan’. Bagi saya, ini adalah suatu kehormatan, cara jujur bagi pemuda ini untuk menghasilkan uang.”

 

Cuitan tersebut tentunya menuai kontroversi di kalangan masyarakat se-dunia. Paulo dianggap mendukung tindakan pembajakan buku. Padahal tindakan tersebut sama saja dengan mencuri hak kekayaan intelektual. Lalu siapa yang diuntungkan dari tindakan ini? Tentunya para pembajak buku. Siapa yang dirugikan? Pastinya sang penulis.

 

Entah apa yang ada di benak Paulho ketika menuliskan cuitan tersebut. Ataukah cuitan tersebut sebenarnya merupakan sindiran? Kira-kira apa ya maksud sebenarnya di balik cuitan tersebut?