Anoreksia Nervosa, Membuat Tubuh Menjadi Sangat Kurus

Anoreksia Nervosa, Membuat Tubuh Menjadi Sangat Kurus

Kesehatan 300

Anoreksia nervosa merupakan salah satu gangguan makan di mana penderitanya sangat membatasi jumlah makanan yang dikonsumsi. Asupan kalori yang sangat terbatas membuat mereka kehilangan berat badan sehingga tidak sesuai dengan usia, tinggi, dan kesehatan fisiknya. Biasanya, orang dengan anoreksia nervosa memiliki citra tubuh yang buruk, sehingga mereka sangat takut berat badannya naik.

Shop with Me

Wardah Crystal Secret Essential Package (Cleanser 100 ml, Serum 20 ml, Day Cream 30 g)
IDR 397.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Sprei kasur Bahan Polymicro
IDR 23.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Sabun Nuvo Cair Kemasan 60 ml
IDR 3.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Gamis Tartan Kotak Marun
IDR 65.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Anoreksia nervosa bisa terjadi pada siapa saja, terlepas dari usia, jenis kelamin, etnis, ras, status ekonomi, bahkan tidak memandang berat badan, bentuk, dan ukuran tubuh seseorang. Gangguan makan ini lebih sering terjadi pada wanita remaja dan dewasa muda dibandingkan laki-laki. Melansir dari Cleveland Clinic, anoreksia nervosa terjadi pada 9% dari seluruh populasi di dunia.

Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa Tidaklah Sama

Anoreksia nervosa dan bulimia nervosa tidaklah sama walaupun gejala yang ditunjukkan mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada perilaku terkait makannya. Orang dengan anoreksia memang sangat mengurangi asupan kalori hariannya dengan tujuan untuk menurunkan berat badan. Sementara itu, bulimia nervosa adalah mereka yang memuntahkan makanannya setelah makan terlalu banyak. 

Gejala

Ciri khas seseorang dengan anoreksia adalah memiliki indeks massa tubuh yang rendah (di bawah 18,5 kg/m²). Meskipun begitu, bentuk tubuh yang kurus bukanlah menjadi satu-satunya penanda anoreksia, karena gangguan makan tersebut melibatkan perilaku dan kesehatan mental. Hal ini karena seseorang yang kurus belum tentu mengalami anoreksia.

Dari sisi emosional dan mental, tandanya adalah takut berat badan naik, obsesi terhadap kalori dan diet, tetap merasa gemuk padahal kekurangan berat badan, menyangkal berat badannya sudah rendah, takut terhadap beberapa makanan, sangat kritis terhadap diri sendiri, citra diri terdistorsi, mudah tersinggung, hingga punya pikiran untuk menyakiti diri sendiri.

Gejala fisik yang bisa dialami adalah:

  • Pusing hingga pingsan

  • Kelelahan

  • Detak jantung lambat (bradikardia) atau tidak teratur (aritmia)

  • Tekanan darah rendah (hipotensi)

  • Sulit untuk berkonsentrasi, insomnia

  • Merasa dingin sepanjang waktu

  • Tidak menstruasi atau siklusnya tidak teratur

  • Sesak napas

  • Kembung atau sakit perut

  • Kehilangan massa otot

  • Kulit kering, kuku rapuh, rambut menipis

  • Luka sulit untuk sembuh

  • Tangan dan kaki berwarna kebiruan atau ungu

  • Konstipasi 

Mirip seperti  bulimia, orang dengan anoreksia selain memang membatasi asupannya, mereka juga cenderung olahraga berlebihan, menyisakan makanan, mudah marah, menarik diri dari kegiatan sosial, sering merasa tertekan, suka menyangkal rasa lapar, dan menggunakan obat pencahar seperti diuretik atau pil diet.

Anoreksia bisa menyebabkan penderitanya gampang pusing dan kelelahan

Penyebab

Penyebab pasti anoreksia nervosa tidak diketahui. Meskipun begitu, sudah dipastikan bahwa mereka memiliki citra tubuh yang negatif, sehingga berfokus untuk menjadi sempurna bagi dirinya sendiri. Faktor yang bisa menjadi penyebab gangguan makan ini bervariasi, mulai dari biologi, lingkungan, hingga psikologi.

1. Biologi

Sekitar 50-80% gangguan makan disebabkan oleh faktor genetik. Jika hubungannya semakin dekat (misal keluarga inti) maka kecenderungan untuk mengalami eating disorder semakin meningkat (sekitar 10 kali lebih tinggi). Hormon dan perubahan kimia di otak kemungkinan turut berperan terhadap perkembangan gangguan makan, seperti serotonin dan dopamin yang memengaruhi nafsu makan dan suasana hati. 

2. Lingkungan

Budaya memberikan tekanan secara tidak langsung pada seseorang, di mana diharuskan bagi mereka untuk memiliki tubuh yang ideal (kurus), sehingga muncul keinginan untuk memenuhi standar tersebut hingga ke tahap yang tidak realistis. Tekanan tersebut bisa muncul dari gambar tubuh yang ditampilkan dalam media seperti majalah dan televisi.

3. Psikologi

Kesehatan emosional dan mental juga berkontribusi terhadap anoreksia nervosa. Contohnya adalah pada orang dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD), perfeksionis, diejek atau diintimidasi karena bentuk tubuh, hingga seseorang yang memiliki pengalaman traumatis. Hal tersebut menyebabkan mereka cenderung ketat terhadap dietnya.

Diagnosis dan Perawatan

Anoreksia nervosa bisa ditegakkan diagnosisnya melalui pemeriksaan fisik dan DMS yang kriterianya meliputi pembatasan asupan kalori,  ketakutan untuk menjadi gemuk, dan memiliki pandangan yang menyimpang terhadap diri sendiri. Petugas kesehatan juga akan mengkaji terkait riwayat makan, aktivitas fisik, kesehatan psikologis, citra tubuh, frekuensi muntah, hingga riwayat keluarga.

Perawatan untuk anoreksia melibatkan kolaborasi psikoterapi, pengobatan, konseling gizi, terapi kelompok atau keluarga, dan rawat inap. Sementara tujuannya adalah untuk mencegah penurunan berat badan ekstrim, rehabilitasi gizi untuk mengembalikan berat badan, menghilangkan perilaku makan yang salah, mengobati permasalahan psikologis, dan perubahan perilaku dalam jangka panjang.

Perawatan anoreksia perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan, termasuk psikoterapi, obat, dan konseling gizi

Jika tidak ditangani dengan cepat, anoreksia bisa membahayakan jiwa karena mampu memicu komplikasi kesehatan. Ada banyak artikel informatif lain  yang tersedia di Newfemme, buruan dibaca, ya!