Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Diagnosis GERD

Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Diagnosis GERD

Kesehatan 1127

Apakah kamu memiliki GERD, Ladies? GERD atau gastroesophageal reflux disease adalah penyakit akibat refluks asam yang terlalu sering. Refluks asam adalah kejadian ketika isi perut naik kembali ke kerongkongan. Biasanya, seseorang dikatakan mengalami GERD ketika mengalami refluks asam lebih dari dua kali seminggu.

Shop with Me

Jepitan Rambut Imut
IDR 50.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Botol Minum Rainbow 1L
IDR 75.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Kaos Salur
IDR 119.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Pomona
IDR 90.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Penyebab GERD

Meskipun tidak ada penyebab tunggal GERD, jika mekanisme tubuh berikut ini tidak berfungsi dengan baik, kemungkinan untuk terkena penyakit GERD akan meningkat. Kita memiliki pita otot melingkar di ujung kerongkongan yang disebut dengan sfingter esofagus bagian bawah. Jika pita otot tersebut bekerja dengan benar, pita otot tersebut akan berada pada kondisi rileks dan terbuka saat menelan, kemudian mengencang dan menutup kembali setelahnya.

Nah, refluks asam terjadi ketika sfingter esofagus bagian bawah ini tidak mengencang atau menutup dengan benar, sehingga cairan pencernaan dan isi lain dari perut dapat naik ke kerongkongan. Kemungkinan penyebab lainnya termasuk:

  1. Hernia hiatus

Herna adalah bagian perut yang bergerak di atas diafragma menuju area dada. Jika diafragma terganggu, tugas pita otot akan terganggu.

  1. Sering makan dalam porsi besar

Hal ini dapat menyebabkan tidak ada cukup tekanan pada bagian atas perut, sehingga pita otot tidak menutup dengan benar.

  1. Berbaring terlalu cepat setelah makan besar

Hal ini juga menciptakan tekanan yang lebih kecil daripada yang dibutuhkan pita otot untuk berfungsi dengan baik.

Faktor risiko GERD

Meskipun tidak ada satu penyebab pasti GERD, gaya hidup dan faktor kesehatan tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena GERD, seperti:

  • Obesitas
  • Kehamilan
  • Gangguan jaringan ikat
  • Merokok
  • Makan dengan porsi besar
  • Langsung berbaring/tidur setelah makan
  • Makan terlalu banyak jenis makanan tertentu, seperti gorengan atau produk tomat
  • Minum terlalu banyak jenis minuman tertentu, seperti soda, kopi, atau alkohol
  • Menggunakan banyak obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen

Mendiagnosis GERD

Jika dokter mencurigai seseorang menderita GERD, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala apa pun yang dialami. Jika diperlukan, dokter dapat merekomendasikan pasien ke ahli gastroenterologi, atau mungkin melakukan tes tertentu sendiri, termasuk:

  1. Ambulatory pH probe 24 jam

Ambulatory pH probe 24 jam adalah teknik pemantauan pH esofagus selama 24 jam yang dilakukan dengan mengirim sebuah tabung kecil melalui hidung ke kerongkongan. Sensor pH di ujung tabung akan mengukur seberapa banyak paparan asam yang didapat kerongkongan, dan mengirimkan data tersebut ke komputer portable. Pasien yang diduga memiliki GERD akan memakai tabung ini selama sekitar 24 jam. Metode ini umumnya dianggap sebagai "standar emas" untuk mendiagnosis GERD.

  1. Esofogram

Pasien yang diduga memiliki GERD akan diminta untuk minum larutan barium. Selanjutnya, esofogram dilakukan dengan menggunakan pencitraan sinar-X untuk memeriksa saluran pencernaan bagian atas.

  1. Endoskopi bagian atas

Endoskopi bagian atas dilakukan dengan memasukkan sebuah tabung fleksibel dengan kamera kecil ke kerongkongan untuk memeriksa dan mengumpulkan sampel jaringan (biopsi) jika diperlukan.

  1. Manometri esofagus

Manometri esofagus dilakukan dengan melewatkan sebuah tabung fleksibel melalui hidung ke kerongkongan untuk mengukur kekuatan otot-otot kerongkongan.

  1. Pemantauan pH esofagus

Pemantauan pH esofagus dilakukan dengan memasukkan sebuah monitor dimasukkan ke kerongkongan untuk mempelajari bagaimana asam diatur dalam tubuh selama beberapa hari.

Setelah mendiagnosis, dokter akan memutuskan intervensi apa yang paling cocok untukmu.

Pembedahan untuk GERD

Dalam kebanyakan kasus, perubahan gaya hidup dan obat-obatan sudah cukup untuk mencegah dan meredakan gejala GERD. Tetapi terkadang, operasi bisa diperlukan. Hal ini biasanya terjadi ketika perubahan gaya hidup dan obat-obatan saja tidak mampu menghentikan gejala GERD atau terjadi komplikasi GERD.

Ada beberapa jenis operasi yang tersedia untuk mengobati GERD, termasuk fundoplication di mana bagian atas perut dijahit di sekitar kerongkongan, dan operasi bariatrik yang biasanya disarankan ketika GERD diperburuk oleh kelebihan berat badan.

Jika kamu sering mengalami refluks asam, sebetulnya kamu tidak sendirian kok, Ladies. Tetapi, jika kamu mengalami mual lebih dari dua kali seminggu dan perubahan gaya hidup kecil tampaknya tidak memperbaiki apa pun, kamu mungkin berurusan dengan GERD.

Ketika telah didiagnosis menderita GERD, berkonsultasi dengan dokter akan lebih membantu untuk membuat rencana perawatan yang sesuai. Kamu bisa coba melakukan konsultasi di Newfemme, lho, selain tentunya membaca juga berbagai artikel menarik lainnya!

 

Sumber:

DiGiacinto, J. & Soliman, Y. (2021). Everything You Need to Know About Acid Reflux and GERD. Healthline. [online]. https://www.healthline.com/health/gerd