Hal-hal yang Harus Diketahui Untuk Mengendalikan Hipertensi

Hal-hal yang Harus Diketahui Untuk Mengendalikan Hipertensi

Kesehatan 503

Kapan terakhir kali kamu mengecek tekanan darahmu, Ladies? Bagaimana nilainya, apakah termasuk tinggi? Tidak dipungkiri, hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh orang dewasa. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui lebih dalam mengenai pengendalian hipertensi. Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah dan menurunkan probabilitas kesakitan, komplikasi, dan kematian. Langkah ini dapat dikelompokkan menjadi pendekatan farmakologis dan non-farmakologis sebagai berikut:

Shop with Me

Posh Hijab body spray 150ml
IDR 18.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Lipstik Maybelline new york
IDR 82.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Coffe Latte with others flavor
IDR 21.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bola basket
IDR 1.099.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
  1. Pendekatan Farmakologis

Pendekatan farmakologis merupakan upaya pengobatan untuk mengontrol tekanan darah penderita hipertensi yang dapat diawali dari pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan hipertensi antara lain:

  • Pengobatan esensial dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dengan tujuan memperpanjang harapan hidup dan mengurangi komplikasi.
  • Pengobatan sekunder lebih ditujukan untuk mengendalikan penyebab hipertensi.
  • Pemilihan kombinasi obat antihipertensi didasarkan pada keparahan dan respon penderita terhadap obat yang diberikan.
  • Pengobatan hipertensi dilakukan dalam waktu yang lama, bahkan mungkin sampai seumur hidup.
  • Pasien yang berhasil mengontrol tekanan darah, maka pemberian obat hipertensi di puskesmas diberikan pada saat kunjugan, dengan catatan obat yang baru diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan baru.
  • Penderita yang baru didiagnosis, disarankan melakukan kontrol ulang 4 kali dalam sebulan atau seminggu sekali, bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 100 mmH sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam 2 minggu) tekanan darah tidak dapat dikontrol.
  • Kasus hipertensi atau tekanan darah tidak dapat dikontrol setelah pemberian obat pertama, maka langsung diberikan terapi pengobatan kombinasi bila tidak dapat dirujuk ke fasyankes yang lebih tinggi.
  1. Pendekatan Non-Farmakologis

Pendekatan Non-Farmakologis dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dalam minum dan mengukur tekanan darah secara rutin. Berikut beberapa alasan mengapa kedua hal tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus dalam usaha pengendalian hipertensi:

  • Menurut Kementerian Kesehatan RI dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, dalam hal kepatuhan minum obat, hanya sekitar 54,4% penderita hipertensi yang rutin minum obat. Sehingga, dua dari lima penduduk yang menderita hipertensi tidak rutin minum obat bahkan tidak minum obat sama sekali.
  • Dari seluruh penderita hipertensi yang tidak minum obat secara rutin, sebagian besar beralasan karena merasa dirinya sudah sehat. Faktanya, terdapat selisih antara penderita hipertensi berdasarkan pengukuran dengan hasil diagnosis. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat penduduk yang memiliki tekanan darah tinggi namun belum didiagnosa atau belum menyadari hipertensi yang dideritanya.
  • Hanya 12% penduduk usia 18 tahun ke atas yang rutin mengukur tekanan darah. Sebagian besar penduduk >18 tahun hanya kadangkadang melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin sebesar 47%. Sedangkan, 41% sisanya tidak melakukan pengukuran.
  • Penduduk yang tidak melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dapat dilihat menurut kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tempat tinggal.
  • Berdasarkan variabel umur dan jenis kelamin, kelompok yang banyak berkontribusi terhadap ketidakpatuhan pengukuran tekanan darah adalah kelompok umur 1824 tahun dengan proporsi sebesar 55,3% dan jenis kelamin laki-laki dengan proporsi sebesar 50,5%. Penduduk yang tidak pernah sekolah dan penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan juga memiliki proporsi yang tinggi pada ketidakpatuhan pengukuran darah secara rutin, masing-masing sebesar 44,6% dan 44%.
  • Perilaku sehat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan akses terhadap informasi dan edukasi kesehatan. Kesadaran dan partisipasi masyarakat yang rendah dalam melakukan deteksi dini dan upaya pencegahan terhadap hipertensi dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengetahuan, dan akses terhadap pelayanan kesehatan

Pada akhirnya, diperlukan upaya lebih untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini melalui pengukuran tekanan darah secara rutin serta kepatuhan untuk mengkonsumsi obat secara rutin. Langkah ini diyakini sebagai bentuk pengendalian penyakit hipertensi berupa penurunan jumlah kasus, komplikasi, dan kematian akibat hipertensi.

Baca terus artikel-artikel di Newfemme untuk mendapatkan informasi kesehatan terbaru!

 

Sumber:

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Litbangkes, Kemenkes.

Pusat Data dan Informasi. (2019). InfoDATIN. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.