Apa Tipe Attachment Styles-mu?

Apa Tipe Attachment Styles-mu?

Kesehatan 741

Attachment styles merujuk pada bagaimana cara seseorang untuk berinteraksi dan berperilaku dalam sebuah hubungan, baik antara anak dengan orang tua dan hubungan romantis antara satu orang dengan orang lainnya. “Attachment” ini diperlukan untuk kelangsungan hidup seseorang.

Shop with Me

Flowest Collagen drink
IDR 120.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Gluta drink
IDR 300.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Gamis Tartan Kotak Marun
IDR 65.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Kaos Beautee
IDR 154.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Jenis-jenis Attachment Style

Attachment styles umumnya proses terbentuk sejak masa kanak-kanak melalui hubungan  dengan pengasuhnya. Meskipun begitu, pengalaman-pengalaman yang setelahnya dapat mengubah attachment styles di masa dewasa. Terdapat 4 jenis attachment styles, yaitu: 

1. Secure Attachment

Secure attachment styles ditentukan oleh kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat dan bertahan lama. Jenis keterikatan ini tumbuh ketika seorang anak merasakan perasaan aman di sekitar pengasuhnya dan ia tidak pernah mendapat hukuman ketika ingin meminta kepastian atau validasi. Orang tuanya mengerti apa saja kebutuhan sang anak dan sering bermain dengan mereka.

Mereka dengan keterikatan jenis ini memiliki ciri-ciri yaitu mampu mengatur emosi, dapat berkomunikasi efektif, mampu mencari dukungan emosional, nyaman sendiri atau berhubungan dekat, memiliki harga diri yang tinggi, mampu mengendalikan konflik, mudah untuk refleksi diri, dan hubungan romantisnya dengan orang lain dibangun atas dasar kepercayaan hingga bisa bertahan lama.

2. Avoidant (Dismissive) Attachment

Avoidant attachment styles ditentukan oleh kegagalan seseorang membangun hubungan jangka panjang dengan orang lain karena ketidakmampuan untuk terlibat dalam keintiman secara fisik dan emosional. Jenis keterikatan ini tumbuh ketika seorang anak punya pengasuh yang strict, hidup berjauhan, atau sama sekali tidak hadir dalam hidup si anak.

Mereka dengan jenis keterikatan ini umumnya memiliki pengasuh yang mengharapkan anaknya bisa mandiri dan mampu mengurus diri sendiri, serta tidak peka terhadap kebutuhan dasar anaknya. Pada akhirnya, si anak belajar untuk hidup mandiri dan menjadi pribadi kuat, sehingga tidak harus bergantung dengan orang lain hanya untuk mendapatkan dukungan atau perawatan. 

Mereka dengan keterikatan jenis ini memiliki ciri-ciri yaitu tidak menyukai keintiman baik fisik maupun emosional, bahkan terkadang merasa terancam ketika ada orang yang ingin mendekatinya, mandiri, kuat, tidak senang akan ungkapan emosional, meremehkan keberadaan orang lain, sulit mempercayai orang, dan lebih suka menghabiskan waktu seorang diri.

Dampaknya pada sebuah hubungan romantis adalah tidak dapat mencapai tingkat keintiman yang paling dalam. Maksudnya, mereka mungkin saja punya pasangan, pacar, atau suami, tetapi kedekatan secara emosional akan selalu dihindari, dan bahkan di tahap tidak mau menjalin hubungan yang terlalu serius untuk menghindari rasa cemas.

Avoidant attachment terbentuk ketika seorang anak tidak merasa adanya hubungan yang kuat dengan pengasuhnya

3. Anxious (Preoccupied) Attachment

Anxious attachment styles berasal dari pola asuh yang tidak konsisten dan tidak selaras dengan kebutuhan anak, sehingga mereka sulit untuk memahami dan tidak yakin akan harapan apa yang bisa dimiliki di masa depan. Di sisi lain, kebutuhan sang anak mungkin akan di support, tetapi mungkin juga terabaikan. 

Mereka dengan keterikatan jenis ini memiliki ciri-ciri yaitu cenderung untuk melekat, tidak ingin sendiri, takut terhadap penolakan, takut ditinggalkan, sangat sensitif terhadap kritik, gampang cemburu, membutuhkan persetujuan orang lain, merasa rendah diri, hingga berpikir dirinya tidak layak untuk dicintai. 

Karena merasa tidak layak dicintai, maka mereka cenderung membutuhkan kepastian terus-menerus dari pasangannya. Di sisi lain, karena rendahnya harga diri, mereka jadi gampang cemburu. Kemudian jika terjadi sebuah konflik, mereka akan menyalahkan diri sendiri. Pada akhirnya, semua ketakutan tersebut mengakar dalam sebuah hubungan.

Anxious attachment ditunjukkan ketika seseorang merasa tidak layak dicintai, tetapi tetap takut untuk ditinggalkan

4. Disorganized (Fearful) Attachment

Disorganized attachment styles disebabkan oleh trauma masa kanak-kanak, seperti diabaikan atau dilecehkan, bahkan ketakutan terhadap orang tuanya sendiri. Maksudnya, orang tua mereka adalah tempat mendapatkan kenyamanan dan ketakutan dalam waktu yang sama, sehingga perilaku anaknya menjadi tidak terorganisir alias bingung.

Mereka dengan keterikatan jenis ini memiliki ciri-ciri yaitu tidak mampu mengatur emosi, takut akan sebuah penolakan, punya tingkat kecemasan tinggi, perilakunya kontradiktif, serta sulit memercayai orang lain. Di sisi lain, kondisi kesehatan mental di masa dewasa mungkin juga berpengaruh, seperti mood disorders, personality disorders, self-harm, atau substance use disorder.

Dalam sebuah hubungan, mereka cenderung tidak konsisten dan terkadang berperilaku tidak terduga serta membingungkan. Mereka dapat melekat kuat secara emosional, tetapi juga menjauhi pasangan karena takut akan penolakan. Mereka mati-matian mencari cinta, tetapi juga akan menjauhi pasangannya karena takut akan cinta.

Disorganized attachment terjadi ketika anak bingung karena mendapatkan kenyamanan dan ketakutan di waktu yang sama dari orang tuanya

Setelah selesai membaca, Ladies termasuk golongan yang mana nih? Yuk boleh sharing di kolom komentar ya!