Placental Abruption, Ternyata Plasenta Bisa Lepas Rahim?

Placental Abruption, Ternyata Plasenta Bisa Lepas Rahim?

Kesehatan 403

Placental abruption atau disebut juga solusio plasenta merupakan komplikasi kehamilan yang terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim sebelum melahirkan. Seharusnya, plasenta menempel di dinding rahim, pada bagian atas atau samping. Akibatnya, suplai oksigen dan nutrisi ke janin berkurang, hingga menyebabkan pendarahan hebat saat melahirkan. Solusio plasenta terbagi menjadi 4 jenis:

Shop with Me

Humanist
IDR 520.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bitzen Topi Wanita Star Summer Hat Korean Fashion Knit Visor Sports Baseball Cap Topi Olahraga Rajut Katun
IDR 20.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bluye
IDR 29.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
AZZURA CUSHION
IDR 90.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
  1. Total Placental Abruption yaitu ketika seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim. Hal ini mengakibatkan pendarahan yang terjadi cukup parah.

  2. Partial Placental Abruption yaitu ketika plasenta tidak sepenuhnya terlepas dari dinding rahim.

  3. Revealed Placental Abruptions yang menyebabkan pendarahan vagina sedang hingga berat.

  4. Concealed Placental Abruption yang menyebabkan sedikit atau tidak sama sekali pendarahan vagina karena darah terperangkap di antara plasenta dan dinding rahim.

Placental abruption dan placenta previa adalah dua hal yang berbeda. Plasenta tetap menempel di dinding rahim meskipun posisinya menutupi lubang serviks pada placenta previa. Sementara placental abruption terjadi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim. Persamaan dari keduanya adalah menyebabkan pendarahan vagina selama kehamilan dan persalinan.

Gejala Solusio Plasenta

Setiap ibu hamil yang mengalami kondisi ini mungkin akan merasakan gejala yang berbeda-beda, tetapi yang pasti pendarahan vagina disertai kram akan terjadi terutama pada trimester 3 kehamilan. Pendarahan vagina ini tidak menunjukkan seberapa banyak placenta yang terlepas dari rahim. Meskipun begitu, ada pula gejala lain yang juga bisa dirasakan, seperti:

  • Sakit perut, nyeri panggul bagian bawah, atau punggung

  • Kontraksi rahim lebih lama dan lebih intens dibandingkan kontraksi normalnya

  • Sakit punggung

  • Rahim terasa lembut

  • Hanya bisa merasakan sedikit gerakan pada janin

Penyebab

Penyebab placental abruption seringkali tidak diketahui. Namun ada beberapa risiko yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya, seperti cedera rahim, riwayat solusio plasenta, kehamilan kembar, hipertensi, diabetes gestasional, preeklampsia, merokok, penggunaan zat terlarang, berusia lebih dari 35 tahun, dan ketuban pecah dini.

Solusio plasenta bisa menyebabkan komplikasi baik bagi janin dan ibu. Bayi bisa lahir secara prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), memiliki masalah pertumbuhan, cedera otak karena kekurangan suplai oksigen, dan lahir mati. Sementara bagi ibu adalah syok, kehilangan darah yang banyak sehingga butuh transfusi, masalah pembekuan darah, gagal ginjal, atau harus dilakukan histerektomi.

Diagnosis

Gejala placental abruption bisa mirip dengan kondisi kehamilan lainnya. Maka dari itu sangat penting bagi ibu hamil untuk rajin pemeriksaan dan aktif bertanya. Kondisi ini biasanya ditemukan pada trimester tiga kehamilan, tetapi juga bisa dideteksi setelah usia kandungan lebih dari 20 minggu. Diagnosis dilakukan dengan melakukan pemeriksaan USG dan pemantauan. 

Pertanyaan yang diajukan seputar seberapa banyak pendarahan, area sakit dan berapa kuat sakitnya, kapan gejala mulai dirasakan. Selain itu akan dilakukan juga pemantauan tekanan darah, gerakan janin, detak jantung janin, dan kontraksi. Secara umum, ada 3 tingkat diagnosis, yaitu:

  1. Tingkat 1: sedikit pendarahan, kontraksi rahim beberapa kali, dan tidak ada tanda-tanda stres pada ibu dan janin.

  2. Tingkat 2: pendarahan ringan hingga sedang, kontraksi rahim beberapa kali, dan tanda-tanda stres pada janin.

  3. Tingkat 3: pendarahan sedang hingga berat atau pendarahan tersembunyi, kontraksi rahim tidak rileks, sakit perut, hipotensi, dan menyebabkan kematian janin.

Pemeriksaan solusio plasenta dilakukan dengan USG dan mengukur tingkat keparahannya

Perawatan

Sayangnya, plasenta yang sudah terlepas tidak dapat ditempelkan kembali ke rahim. Maka dari itu, perawatan yang akan dilakukan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan dan usia kehamilan. Selain itu juga dilihat dari tanda-tanda stres pada janin dan jumlah darah yang hilang. Berikut ini beberapa solusinya apabila janin belum cukup bulan.

  • Jika bayi masih terlalu cepat untuk dilahirkan dan tingkat keparahan ringan, maka kehamilan akan dipantau secara ketat hingga usia kehamilan 34 minggu.

  • Jika detak jantung janin normal dan tidak ditemukan adanya pendarahan, maka biasanya ibu diperbolehkan pulang tetapi tetap harus istirahat dan konsumsi obat sesuai resep dokter.

  • Jika tingkat keparahannya tinggi dan ibu serta bayinya berisiko, maka persalinan harus sesegera mungkin dilakukan.

Namun ketika ternyata janin sudah cukup bulan, maka:

  • Jika tingkat keparahannya ringan dan detak jantung janin stabil, maka persalinan vagina bisa dilakukan dengan pemantauan ketat.

  • Jika tingkat keparahannya tinggi dan ibu serta janin berada dalam kondisi yang membahayakan, maka persalinan harus dilakukan melalui operasi caesar darurat.

Operasi caesar harus segera dilakukan jika sudah dalam kondisi membahayakan

Itulah penjelasan mengenai placental abruption, yaitu ketika plasenta terlepas dari dinding rahim, baik sebagian atau seluruhnya. Kondisi ini menyebabkan ibu mengalami pendarahan vagina. Perawatan dan tindakan medis yang dilakukan akan berdasar pada tingkat keparahan dan usia kehamilan. Yuk baca artikel lain dari Newfemme!