Preeklamsia, Hipertensi Saat Kehamilan

Preeklamsia, Hipertensi Saat Kehamilan

Kesehatan 379

Salah satu komplikasi kehamilan yang perlu menjadi perhatian oleh seluruh wanita, terutama ibu hamil adalah preeklamsia. Kondisi tersebut bisa menjadi berbahaya baik bagi ibu maupun bayi ketika terlambat ditangani. Pada artikel ini, akan dijelaskan mengenai kriteria preeklamsia, faktor risiko, gejala, penyebab, diagnosis, hingga cara pencegahannya.

Shop with Me

Sweetshirt dress by H&M
IDR 200.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
DVINE COLLAGEN
IDR 980.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
One set crinkle
IDR 99.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
kaos rib rumbai ruffle lengan panjang
IDR 50.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Definisi

Preeklampsia merupakan kondisi tekanan darah yang berkembang selama kehamilan. Ciri-cirinya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kadar protein urin tinggi (proteinuria) pada seseorang yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Biasanya, preeklamsia berkembang setelah minggu ke-20 kehamilan, tidak hanya berbahaya bagi ibu, namun juga bayi yang dikandung. Berdasarkan American College of Obstetrics and Gynecology, preeklamsia ditandai dengan:

  • Hipertensi

Tekanan darah ≥140/90 mmHg, diukur sebanyak 2 kali dengan jarak 4 jam pada wanita yang sebelumnya punya tekanan darah normal

  • DAN proteinuria

Nilainya ≥300 mg/urin 24 jam atau protein/kreatinin ≥0,3 atau hasil pembacaan 1+

  • ATAU gejala lain yaitu

Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110 mmH, diukur sebanyak 2 kali dengan jarak 4 jam saat tirah  baring; trombositopenia (<100.000 uL); tes fungsi hati normal 2x atau parah nyeri kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium; konsentrasi kreatinin serum >1,1 mg/dL atau dua kali lipat kreatinin tanpa ada penyakit ginjal’ edema paru; serta gejala serebral

Faktor Risiko

Preeklampsia mempengaruhi sekitar 5-7% kehamilan. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi harus dilahirkan lebih awal (prematur) dan berisiko melahirkan bayi yang memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) dan masalah pernapasan. Secara lebih rinci, faktor yang menyebabkan risiko preeklamsia meningkat berdasarkan American Heart Association yaitu:

  • Riwayat preeklamsia sebelumnya

  • Hipertensi kronis

  • Diabetes mellitus pregestacional

  • Kehamilan kembar

  • Indeks massa tubuh sebelum hamil >25 atau >30 kg/m²

  • Sindrom antifosfolipid

  • Lupus

  • Riwayat lahir mati

  • Nuliparitas

  • Solusio plasenta sebelumnya

  • Menggunakan teknologi reproduksi berbantuan

  • Penyakit ginjal kronis

  • Usia >35 tahun

Indeks massa tubuh lebih dari 25 atau 30 kg/m² merupakan salah satu faktor risiko preeklamsia

Gejala

Mayoritas ibu dengan preeklamsia tidak mengalami gejala apapun, namun bagi mereka yang mengalaminya, sudah pasti ditunjukkan melalui hipertensi, proteinuria, dan pembengkakan sehingga berat badan naik (retensi air). Terkadang, ibu hamil tidak menyadarinya hingga pemeriksaan tekanan darah dan urin dilakukan saat mengunjungi penyedia layanan kesehatan. Tanda-tanda preeklamsia lainnya adalah:

  • Sakit kepala

  • Penglihatan buram atau sensitif terhadap cahaya

  • Muncul bintik bintik hitam pada penglihatan

  • Sakit perut sebelah kanan

  • Pembengkakan di tangan dan wajah (edema)

  • Sesak napas

Penyebab

Penyebab pasti preeklamsia tidak diketahui, tetapi diyakini berasal dari masalah kesehatan plasenta. Stres bukanlah penyebab langsung kondisi ini terjadi, meskipun kejadiannya tidak dapat dihindari selama kehamilan. Preeklampsia akan dimulai pada minggu ke 20 kehamilan, namun bisa juga terjadi lebih awal. Ada pula yang terjadi mendekati kelahiran, sekitar minggu ke 37. 

Diagnosa dan Perawatan

Preeklampsia biasanya di diagnosis pada saat kunjungan prenatal, yaitu ketika dilakukan pemeriksaan tekanan darah, urin, dan pertambahan berat badan secara rutin. Jika diduga mengalami kondisi ini, mungkin akan disarankan untuk melakukan tes darah, pengumpulan urin 24 jam, dan USG untuk memantau janin. Oleh karena itu, sangat penting untuk rajin mendatangi penyedia layanan kesehatan saat hamil.

Preeklampsia bisa dikategorikan ringan jika mengalami hipertensi dan proteinuria, sementara kategori parah ketika dua kondisi tersebut disertai dengan tanda kerusakan lain. Ketika sudah mendekati usia kandungan yang cukup, direkomendasikan untuk segera melahirkan dengan diberikan obat untuk membantu paru-paru janin dan mengatur tekanan darah ibu. Persalinan lewat vagina mungkin bisa, tetapi caesar lebih disarankan.

Ketika berkembang lebih awal pada kehamilan, maka ibu hamil perlu diawasi dengan ketat untuk memastikan kehamilannya sehat serta janin dapat tumbuh dan berkembang. Ibu akan lebih rutin datang kunjungan prenatal dan jika mengalami preeklamsia berat, mungkin diharuskan untuk menginap di rumah sakit. Tidak ada obat untuk preeklamsia karena akan sembuh ketika sudah melahirkan.

Jika preeklamsia diketahui pada saat usia kandungan sudah cukup, maka disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar

Pencegahan

Bagi wanita yang memiliki faktor risiko, maka cara terbaik untuk mencegah terjadinya preeklamsia adalah dengan menurunkan berat badan (jika kegemukan atau obesitas), rajin memeriksa tekanan darah dan gula darah (jika punya riwayatnya), olahraga teratur, tidur cukup, konsumsi makanan yang rendah garam dan menghindari kafein.

Demikianlah penjelasan terkait preeklamsia, kondisi hipertensi dan proteinuria saat hamil. Dikarenakan tidak semua ibu hamil merasakan gejalanya, maka disarankan untuk rajin melakukan kunjungan prenatal agar dapat ditangani dengan baik, sehingga ibu dan bayi dapat lahir dengan sehat dan aman. Ada banyak artikel kehamilan lain yang tersedia di Newfemme, langsung saja telusuri website-nya ya Ladies!