Hurry Sickness: Sudahi Tergesa-gesamu, Adaptasi Slow Living

Hurry Sickness: Sudahi Tergesa-gesamu, Adaptasi Slow Living

Kesehatan 190

Hurry sickness merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan tergesa-gesa atau terburu-buru serta memiliki urgensi waktu yang berlebihan. Istilah ini bukanlah kondisi medis secara resmi, tetapi orang yang mengalami hurry sickness cenderung merasa cemas, stress, dan tertekan untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat, bahkan ketika tidak ada kebutuhan mendesak. 

Tanda-Tanda

Jika tidak mampu mengelola hurry sickness dengan baik, kondisi ini dapat menyebabkan stress yang berlebihan dan berdampak buruk pada kesehatan, salah satunya meningkatkan risiko penyakit jantung. Berikut adalah tanda-tanda untuk hurry sickness: Apakah kamu mengalami salah satu atau lebih di antaranya?

  • Mengerjakan tugas dengan tergesa-gesa, hingga menyebabkan kesalahan

  • Merasa kesal saat ada penundaan

  • Mempercepat segala aktivitas, seperti makan, berbelanja, dan mengemudi

  • Memotong atau menyela percakapan

  • Selalu memikirkan daftar tugas, padahal tidak semuanya penting dan mendesak

  • Menganggap segala sesuatu sebagai perlombaan dan selalu merasa tertinggal

  • Selalu melakukan banyak tugas sekaligus

  • Selalu merasa ada desakan waktu

Orang yang mengalami hurry sickness selalu merasa dikejar oleh waktu

Dampak

Hurry sickness dapat menyebabkan efek negatif baik secara mental. fisik, bahkan berpengaruh terhadap hubungan sosial. Berikut adalah penjelasan singkatnya:

1. Mental

Kecemasan adalah yang paling sering terjadi, terutama saat harus mengelola banyak tugas sekaligus. Kecemasan ini pula yang dapat membuat seseorang mudah marah, menangis, dan merasa bersalah. Stres yang dialami terus-menerus dapat mengganggu konsentrasi dan meningkatkan perasaan ketidakmampuan. Selain itu, seseorang juga cenderung menjadi kurang fokus, sehingga sering kali harus mengulang pekerjaan, pada akhirnya hanya akan meningkatkan stres dan menurunkan harga diri.

2. Fisik

Kesibukan seseorang sering kali menyebabkan mereka lupa untuk merawat diri sendiri. Misalnya kurangnya makan, minum, olahraga, dan tidur yang cukup. Akibatnya, muncul berbagai masalah kesehatan, termasuk perubahan nafsu makan, kelelahan, sakit kepala, masalah saluran cerna, gangguan tidur,  dan penurunan daya tahan tubuh. Selain itu, stress berkepanjangan juga mampu meningkatkan risiko hipertensi, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung.

3. Masalah Hubungan

Hurry sickness cenderung menyebabkan seseorang mengabaikan hubungan penting dalam hidup. Kondisi ini membuat mereka menjadi kurang peduli, mudah marah dengan orang-orang terdekat, serta sulit untuk hadir secara emosional dalam hubungan itu sendiri. Tak hanya hubungannya, seseorang juga mungkin mengalami penarikan emosional, misalnya lupa tentang tanggal penting. 

Hurry sickness akan berdampak pada kesehatan mental, fisik, bahkan hubungan sosial

Belajar Adaptasi Slow Living

1. Menerapkan Mindfulness

Mindfulness membantu seseorang fokus pada waktu sekarang dan mengurangi stres. Pikiran akan menjadi kacang ketika kamu memikirkan banyak hal sekaligus, sehingga dengan cara ini, kamu bisa lebih fokus untuk mengerjakan satu tugas dalam satu waktu. Jika perasaan kacau muncul kembali, tariklah napas yang dalam dan tenangkan pikiran tanpa harus menghakimi diri sendiri. 

2. Self-Care

Kesibukan seseorang akan membuat dirinya lupa akan diri sendiri. Padahal, self-care merupakan rutinitas yang penting untuk dilakukan. Sediakanlah waktu untuk memanjakan diri, seperti menonton film, bertemu dengan teman atau kerabat, atau pergi ke salon. Buatlah keputusan yang bijak demi mempertahankan kewarasan. 

3. Membuat Prioritas

Tanyakan pada diri sendiri, "mana yang mendesak dan mana yang bisa menunggu?". Tidak semua orang mungkin terbiasa untuk membuat prioritas, terutama jika semuanya terasa sama pentingnya. Namun seiring berjalannya waktu, hal ini akan menjadi lebih mudah. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting dan mendesak, lalu delegasikan atau tunda tugas-tugas yang kurang penting dan kurang mendesak. 

4. Menetapkan Batasan

Kurangi kebiasaan untuk menerima semua permintaan tolong dari orang lain. Caranya adalah dengan menetapkan batasan yang jelas. Niat baik membantu memang luar biasa hebatnya, tetapi menerima lebih banyak tanggung jawab daripada yang seharusnya mungkin menjadi penyebab seseorang mengalami hurry sickness. Maka dari itu, belajarlah untuk mengatakan tidak dan bersikap tegas. Katakan “Ya” hanya pada hal-hal yang benar-benar ingin kamu lakukan.

Hurry sickness merupakan istilah populer untuk menggambarkan seseorang yang selalu tergesa-gesa. Sayangnya, ini dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental, fisik, maupun hubungan sosial, bahkan menyebabkan meningkatnya risiko penyakit jantung jika mengalami stres yang berkepanjangan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar menerapkan strategi hidup yang lebih tenang dan mindful, salah satunya dengan mengadopsi slow living.