FOMO, Pokoknya Tidak Boleh Ketinggalan Berita

FOMO, Pokoknya Tidak Boleh Ketinggalan Berita

Kesehatan 490

Fear of missing out (FOMO), bahasa sederhananya yaitu takut ketinggalan adalah kecemasan atau ketakutan untuk kehilangan berita terbaru, event, kegiatan sosial, serta pertemuan. Jika mengalami kondisi ini, seseorang merasa bahwa ia tidak terhubung dengan kejadian dan tren masyarakat terbaru seperti yang mereka inginkan.

Shop with Me

Mamypoko
IDR 80.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Pomona
IDR 90.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Paket body serum & body lotion cloova
IDR 138.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Jilbab Bergo Grosir Murah
IDR 39.998
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Kebiasaan ini umumnya terjadi karena seseorang memiliki keinginan untuk memiliki hubungan antarpribadi serta besarnya rasa ingin memiliki, misalnya mau punya relasi banyak atau menjadi bagian dari sebuah organisasi. Ketika mereka merasa kurang berhubungan sosial, maka akan muncul tekanan emosional dan fisik.

Fear of missing out lebih rentan terjadi pada remaja, tetapi juga tidak menutup kemungkinan dialami oleh orang dewasa, terutama dalam budaya yang segala sesuatunya serba online. Ada kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain, misalnya terkait pencapaian, sehingga memunculkan negative self-image.

Ciri-ciri Orang FOMO

Misalnya, merasa ketinggalan ketika tidak diundang ke pesta, tidak diajak untuk makan siang bersama teman kantor, atau tidak berpartisipasi dalam tren terbaru di media sosial. Contoh lain orang yang FOMO adalah selalu memeriksa secara rutin chat Whatsapp atau notifikasi media sosial lain. Jadi, ketika ada pesan baru, maka umumnya akan langsung dibalas.

Pokoknya harus tahu ada berita terbaru apa di hari ini

Dampak FOMO

FOMO dapat memengaruhi fisik dan mental. Secara fisik, ketika seseorang memaksakan dirinya untuk mengikuti segala kegiatan, dampaknya adalah kelelahan, kekurangan tidur, sakit kepala, menurunnya produktivitas kerja, kurang motivasi, dan burnout. Dari sisi kesehatan mental, FOMO dapat memicu kecemasan serta rasa kesepian. Seseorang kerap mempertanyakan kepada dirinya sendiri, seperti:

  • Apa yang akan terjadi jika saya tidak menghadiri suatu acara?

  • Apakah orang-orang akan membicarakan hal negatif tentang saya?

  • Apakah orang-orang akan menganggap saya ketinggalan jaman karena tidak mengikuti tren tertentu?

Orang FOMO juga cenderung akan berusaha menampilkan atau membicarakan suatu hal yang biasanya tidak pernah mereka perlihatkan dan/atau perbincangkan. Hal-hal tersebut dilakukan agar mereka dianggap keren dan tahu banyak oleh orang lain. Jika pemikiran-pemikiran tersebut selalu berlalu-lalang dan tak pernah berhenti untuk dipikirkan, pada akhirnya dapat menyebabkan depresi. 

FOMO bisa sebabkan kelelahan fisik dan kecemasan

Cara Mengatasinya

Tentunya, keterlibatan berlebihan dengan media sosial dapat membuat seseorang merasa lebih buruk terhadap diri sendiri, padahal seharusnya kita bisa menjadi individu yang lebih baik. Maka dari itu, ada baiknya untuk memutus siklus negatif tersebut. Untuk mengatasinya, cobalah untuk melakukan beberapa hal berikut.

1. Merubah Fokus

Daripada memperhatikan kekurangan, lebih baik mengasah lebih jauh kelebihan diri. Misalnya dengan meningkatkan skill make-up daripada hanya menonton video-video perempuan cantik dan justru membuat diri sendiri minder. Pilihlah akun-akun atau sumber berita yang membuat perasaan menjadi nyaman serta meningkatkan semangat dan motivasi.

2. Detoksifikasi Digital

Semakin banyak waktu dihabiskan untuk bermain media sosial, maka semakin besar kemungkinannya menjadi FOMO. Maka dari itu, cobalah untuk detoksifikasi digital alias beristirahat sejenak dari smartphone, menghapus aplikasi yang sekiranya tidak perlu, atau menetapkan batas waktu penggunaannya. Cara ini dapat mengurangi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain.

3. Journaling

Orang yang FOMO mungkin terlalu memedulikan apakah orang-orang akan memvalidasi pengalamannya secara online. Daripada sibuk memikirkannya, cobalah untuk melakukan journaling. Ambil foto kemudian print, tempel di dalam buku harian, kemudian catatlah kenangan dari foto tersebut. Cara ini mungkin akan lebih berkesan daripada mengunggah foto di media sosial.

4. Bangun Hubungan Nyata

Terkadang, FOMO menyebabkan seseorang abai terhadap dunia nyata dan fokus pada dunia online. Daripada memikirkan akan ada berapa banyak orang yang menyukai unggahan media sosial, lebih baik bangun hubungan secara nyata. Rencanakan pertemuan atau perjalanan dengan kerabat dekat. Cara ini dapat menangkis perasaan kesepian dan meningkatkan perasaan bahagia.

5. Bersyukur

Selalu bersyukur terhadap apa yang sudah dimiliki hari ini atau kejadian baik hari ini adalah bentuk rasa syukur. Jika perlu, tuliskan dalam buku harian serta ceritakan kepada orang lain. Ketika sudah menyadari betapa banyak hal yang sudah dilewati atau dimiliki, rasa syukur itu akan datang. Pada akhirnya, perasaan cemas dan tertekan akan menghilang. Jadi, go away FOMO!

Jadi, FOMO ditandai ketika seseorang merasa takut ketinggalan berita, kegiatan, atau tren terbaru dalam hidupnya. Akibatnya, seseorang cenderung terpaku pada sosial media dan portal berita. Dampaknya seseorang bisa kewalahan sendiri hingga terganggunya kesehatan mental karena sering membandingkan diri dengan orang lain. Ladies termasuk yang FOMO atau tidak, nih?