Anemia aplastik merupakan penyakit langka serius terkait darah. Kondisi ini terjadi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah merah dan trombosit yang cukup. Siapa saja bisa terkena anemia aplastik, tetapi umumnya penyakit ini menyerang orang dengan rentang usia 15 hingga 25 tahun serta 60 tahun ke atas.
Shop with Me
Gejala
Gejala anemia aplastik tidak langsung terasa dan terlihat, melainkan berkeembang selama berminggu-minnggu bahkan berbbulan-bulan. Namun tidak menutup kemungkinan juga seseorang langsung mengalami gejala yang parah. Beberapa gejala anemia aplastik adalah sebagai berikut::
-
Kelelahan
-
Mudah memar
-
Mudah mimisan atau gusi berdarah
-
Sering mengalami infeksi virus dengan durasi sakit yang lebih dalam dari biasanya
-
Kulit lebih pucat
-
Pendarahan berkepanjangan akibat luka
-
Pusing
-
Sakit kepala
-
Demam
-
Sesak napas
Kelelahan berkepanjangan, mudah memar, dan berdarah merupakan gejala yang perlu diwaspadai
Penyebab
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, anemia aplastik terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sumsum tulang, sehingga tidak mampu membuat sel induk. Penyebab sepenuhnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa kondisi tertentu yang mungkin menjadi alasannya, seperti di bawah ini:
1. Kondisi Medis Tertentu
Penyebab anaemia aplastik yang berhubungan dengan kondisi medis mungkin disebabkan oleh penyakit autoimun (lupus), infeksi virus (Epstein-Barr, cytomegalovirus, parvovirus B19 dan HIV), hemoglobinuria nokturnal paroksismal (sel darah merah rusak terlalu cepat), dan kehamilan. Pada beberapa kasus, penyebabnya justru tidak diketahui (idiopathic aplastic anemia).
2. Kondisi yang Diwariskan
Penyebab anemia aplastik yang berhubungan dengan kondisi yang diwariskan mungkin berhubungan dengan sindrom kegagalan sumsum tulang, sehingga menyebabkannya tidak mampu menghasilkan sel induk yang cukup. Kondisinya meliputi fanconi anemia, dyskeratosis congenita, shwachman-Diamond syndrome, diamond-Blackfan anemia, dan pearson syndrome.
3. Perawatan Medis
Selain dua kemungkinan penyebab di atas, risiko anemia aplastik dapat meningkat ketika seseorang mendapatkan perawatan medis tertentu, seperti perawatan penyakit autoimun, radiasi dan kemoterapi untuk kanker (membunuh sel kanker, tetapi juga berisiko merusak sel yang sehat), serta paparan bahan kimia beracun, seperti bahan dalam pestisida dan insektisida, benzena, arsen, serta bahan dalam bensin.
Kemoterapi dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia aplastik
Diagnosis
Orang dengan anemia aplastik memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami komplikasi, seperti infeksi parah, pendarahan berlebihan, gagal jantung, hingga sindrom myelodysplastic, sehingga mengancam jiwanya. Maka dari itu, penting untuk memahami gejalanya. Kondisi ini didiagnosis dengan melakukan beberapa tes, seperti:
-
Hitung sel darah lengkap (complete blood count) dengan diferensial: menguji dan mengukur sel darah
-
Pemeriksaan sediaan darah tepi (peripheral blood smear): memeriksa sel darah dan trombosit di bawah mikroskop
-
Hitung retikulosit (reticulocyte count): menghitung jumlah sel darah merah muda
-
Aspirasi sumsum tulang (bone marrow aspiration) dan biopsi sumsum tulang (bone marrow biopsy): mengambil jaringan sumsum tulang untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Anemia aplastik adalah kelainan darah langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah merah dan trombosit yang cukup. Gejalanya meliputi kelelahan, mudah memar, berdarah, pucat, pusing, sakit kepala, hingga demam. Jika mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang sesuai dan meminimalkan risiko komplikasi yang mungkin terjadi.
Yuk, Download aplikasi Newfemme sekarang untuk mendapatkan tips dan info menarik lainnya!