8 Intoleransi Makanan Paling Sering Terjadi

8 Intoleransi Makanan Paling Sering Terjadi

Kesehatan 1112

Intoleransi makanan adalah reaksi yang terjadi pada sistem pencernaan terhadap makanan tertentu. Gejalanya termasuk kembung, gas, sakit perut, hingga diare. Intoleransi makanan biasanya didiagnosis dengan cara elimination diet, alias menghilangkan makanan terprediksi menimbulkan gejala dalam jangka waktu tertentu, kemudian memperkenalkannya kembali satu per satu untuk memantau gejala. Berikut ini adalah 8 intoleransi makanan paling sering terjadi.

Shop with Me

Eteris Spray #WFHedition | Spray Anti Nyamuk Alami | Aromaterapi (2 Pcs)
IDR 27.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
ALOHILOHI PAKET SET BRIGHTENING GLOWING BPOM
IDR 190.500
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Sendok
IDR 3.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
DVINE COLLAGEN
IDR 980.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

1. Produk Susu Penyebab Tersering Intoleransi Makanan

Produk susu adalah salah satu penyebab intoleransi makanan. Tubuh tidak dapat mencernanya karena kekurangan enzim laktase, yaitu enzim pencernaan yang diperlukan untuk mencerna laktosa yang terkandung dalam produk susu. Gejalanya termasuk kembung, gas, sakit perut, diare, hingga mual. Beberapa contohnya adalah susu, keju, yogurt, mentega, es krim, dan produk lain yang terbuat dari susu sapi serta kambing.

Banyak orang intoleransi terhadap produk susu

2. Gluten

Selain produk susu, gluten juga menjadi salah satu penyebab paling sering intoleransi makanan. Gluten adalah protein yang terkandung di dalam gandum, barley, rye, dan triticale. Beberapa orang dengan sensitivitas terhadap gluten bisa mengalami gejala termasuk kembung, nyeri perut, hingga diare. Makanya, mereka perlu diet bebas gluten. Perlu diperhatikan beberapa produk dengan kandungan gluten seperti roti, pasta, sereal, bir, minuman, permen, biskuit, saus, bumbu, dan daging olahan.

3. Telur

Biasanya kita lebih umum mendengar alergi telur, tetapi orang ada yang justru tidak mampu untuk mentolerirnya, terutama pada bagian putihnya. Makan sedikit saja mungkin aman, tetapi berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan jika dimakan terlalu banyak. Gejalanya termasuk kembung, mual, hingga diare. Perhatikan tidak hanya telur yang dimasak sendiri, tetapi juga pada hidangan lain yang disiapkan dengan telur.

Ada orang yang tidak bisa mentolerir telur, terutama bagian putihnya

4. Kafein

Normalnya, orang dewasa boleh mengonsumsi maksimal 400 mg kafein (sekitar 4 cangkir kopi) tanpa efek samping apapun. Namun, beberapa orang ada yang lebih sensitif terhadap kandungan tersebut. Jadi, mungkin konsumsinya harus dalam porsi yang lebih sedikit. Gejalanya termasuk sakit kepala, kecemasan, gelisah, insomnia, gugup, dehidrasi, hingga peningkatan detak jantung.

Selain waspada dalam mengonsumsi kopi atau teh, makanan lain yang turut mengandung kafein (secara tersembunyi) adalah minuman bersoda, minuman berenergi, teh herbal, dan cokelat, baik itu yang tersaji dalam bentuk minuman maupun di dalam makanan yang diolah dengan bahan tersebut.

5. Salisilat

Salisilat adalah bahan kimia alami yang terkandung dalam banyak jenis tanaman. Gejalanya termasuk gatal-gatal, demam, dan radang sinus. Pada tanaman, salisilat terkandung di buah-buahan, sayur-sayuran, teh, kopi, rempah-rempah, kacang-kacangan, dan madu. Selain itu, ia juga terkandung di dalam obat-obatan dan pengawet makanan. Salah satu obat yang harus dihindari adalah aspirin. 

6. Kacang-Kacangan

Sama halnya dengan telur, kita lebih umum mendengar alergi kacang tanah. Namun ada sebagian orang yang bukannya alergi, tetapi intoleransi kacang, meskipun risiko terkenal anafilaksis sangatlah kecil. Makanan harus harus diwaspadai adalah produk atau olahan dari kacang-kacangan, seperti selai, permen, atau baked goods. 

7. Amina

Amina adalah senyawa yang muncul saat protein dalam makanan mengalami penguraian, biasanya terjadi selama proses fermentasi, penyimpanan, atau pembusukan. Salah satu jenis amina yang paling berhubungan dengan intoleransi makanan adalah histamin (umumnya berkaitan dengan reaksi alergi). 

Namun, ada orang-orang tertentu yang mengalami kesulitan dalam mengurai histamin dengan baik (gangguan pada aktivitas diamina oksidase dan N-metiltransferase) sehingga menyebabkan penumpukan histamin dalam tubuh dan mengakibatkan intoleransi. Gejalanya termasuk gatal, ruam, atau merah pada kulit, sakit kepala, kram perut, diare, hingga masalah pernapasan.

Perlu diwaspadai makanan dengan kandungan amina, seperti daging awetan, seafood atau dan unggas olahan, aged cheese (blue cheese, parmesan, cheddar, hard cheese), buah citrus (jeruk, stroberi), makanan asam (acar kubis, buttermilk), produk fermentasi kedelai, dan minuman beralkohol yang difermentasi. 

8. FODMAPs

FODMAPs adalah singkatan dari oligo-, di-, mono-sakarida dan poliol yang dapat difermentasi. Ia adalah jenis karbohidrat yang dapat difermentasi, memiliki sifat osmotik, serta diserap dengan buruk di usus kecil dan berpindah ke usus besar. Di sana, bakteri “memfermentasi” mereka, sehingga menghasilkan gas, menyebabkan kembung, dan ketidaknyamanan. Makanan yang tinggi FODMAPs diantaranya yaitu apel, soft cheeses, madu, susu, artichokes, roti, kacang-kacangan, dan bir.

Jadi sekali lagi, intoleransi makanan tidak sama dengan alergi makanan, meskipun gejalanya mungkin overlap. Makanan pemicu intoleransi perlu dideteksi dengan cara elimination diet. Produk susu, gluten, telur, kafein, amina, salisilat, kacang-kacangan, dan FODMAPs adalah penyebab paling sering. Coba perhatikan daftar tersebut jika Ladies mengalami reaksi ketidaknyamanan setelah mengonsumsinya. 

Yuk, Download aplikasi Newfemme sekarang untuk mendapatkan tips dan info menarik lainnya !