Second Hand Embarrassment: Wajar Nggak Sih Dirasakan?

Second Hand Embarrassment: Wajar Nggak Sih Dirasakan?

Kesehatan 411

Second hand embarrassment mengacu pada rasa malu, tidak nyaman, atau bersalah setiap kali menyaksikan orang lain melakukan sesuatu yang memalukan atau yang menyebabkan dirinya dipandang negatif. Perasaan tersebut muncul meskipun kita bukanlah bagian dari alasan orang lain tersebut mengalami sesuatu yang memalukan. 

Shop with Me

SPIRO Mixed Fiber Detox Tubuh
IDR 769.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Jas Hujan Axio Assio Europe Origina
IDR 250.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Lipstik Maybelline new york
IDR 82.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
AZZURA CUSHION
IDR 90.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Kamu merasa malu kepada orang lain atas kesalahan atau hal memalukan yang dilakukannya, tetapi juga dapat merasakan emosi yang mereka rasakan. Oleh karena itu, second hand embarrassment sering diiringi dengan kecemasan dan ketakutan akan penilaian sosial yang negatif. Begitulah ucap Dr. Collins, seorang psikolog klinis melalui laman Cleveland Clinic. Contoh-contoh kasusnya adalah sebagai berikut:

  • Seseorang sedang mengikuti meeting online tetapi lupa mematikan mikrofon, sehingga seluruh perkataannya terdengar oleh semua peserta yang hadir

  • Seseorang berjalan masuk ke lobby melalui pintu kaca sambil bermain smartphone, dirinya justru menabrak pintu tersebut karena berpikir bahwa itu adalah sliding door

  • Seseorang keluar dari toilet dengan tisu toilet yang menggantung di belakangnya

  • Seseorang tersandung atau terjatuh saat berjalan di trotoar

  • Seseorang menggunakan celana tetapi tidak menutup seluruh resletingnya

Second hand embarrassment mengacu pada rasa malu saat menyaksikan orang lain mengalami kejadian memalukan

Kenapa Seseorang Dapat Merasakan Second Hand Embarrassment?

Sebagai seorang manusia, siapa sih yang tidak sering untuk membayangkan sesuatu? Misalnya, bagaimana jika kita terjatuh saat berlari, bagaimana jika sisa lipstik menempel di bibir, bagaimana jika kita berkata tidak pantas di depan orang banyak? Di sisi lain, otak bertanggung jawab untuk mengelola kemampuan kita mengatur emosi. 

Ia akan aktif ketika kita secara pribadi mengalami rasa sakit, rasa malu, atau penyesalan, tetapi ia juga bisa aktif ketika kita melihat orang lain mengalami hal-hal tersebut. Itulah yang disebut dengan konsep empati, lanjut Dr. Collins. Pikiran kita telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mensimulasikan pengalaman emosional orang lain dan merasakan apa yang mereka alami.

Second hand embarrassment akan semakin mudah dialami ketika seseorang memiliki kapasitas empati yang tinggi. Faktanya, rasa malu pada diri sendiri tidak hanya muncul saat orang lain menyadari mereka melakukan hal yang memalukan, tetapi juga saat orang tersebut sendiri tidak menyadari apa yang dilakukannya pada saat itu.

Kiat Mengatasi

Second hand embarrassment sering datang tanpa aba-aba dan bisa menjadi sangat rumit bagi diri sendiri, bahkan hanya ketika kita melihat sebuat potongan video yang tersebar di media online. Namun, ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi dampaknya atau mengurangi durasi perasaan tersebut. 

Pikirkan bahwa reaksi spontan kita mungkin justru berdampak negatif pada diri sendiri 

1. Sadari Bahwa Kamu Juga Manusia

Jika kamu sering mengalami second hand embarrassment, cobalah untuk meningkatkan kemampuan berempati. Mau bagaimanapun, menempatkan diri pada posisi orang lain menjadikan kamu seorang manusia pula. Kamu tidak dapat menilai orang lain sesukamu. Pengalaman emosi yang tidak nyaman justru hanya akan menambah tekanan pada diri sendiri.

Maka dari itu, alih-alih menertawakan orang lain dan ikut merasa malu, kamu dapat menunjukkan rasa hormat yang besar serta kasih sayang tanpa perlu menghakimi orang lain. Ingat, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan yang memalukan dan apapun yang dilakukan orang lain belum tentu berdampak buruk terhadap kita.

2. Menilai dan Merespons

Kamu tidak harus selalu merespon second hand embarrassment dengan cepat. Melainkan luangkan waktu sejenak untuk menilai situasinya, agar respon yang dikeluarkan lebih tepat. Misalnya, ketika kamu ingin tertawa, ambil waktu sebentar untuk menenangkan diri dan memikirkan reaksi apa yang dapat membantu situasi agar tidak semakin rumit, sehingga kamu tidak akan menyesalinya.

3. Kurangi Dorongan untuk Memperbaiki Situasi

Ingin ikut campur atau memperbaiki situasi canggung adalah hal yang wajar, tetapi kamu tidak selalu bertanggung jawab atas itu semua. Berikan orang lain ketika itu dibutuhkan, misalnya dengan meminjamkan cermin untuk membersihkan sisa lipstik, tetapi jangan merasa kamu berkewajiban untuk melakukan tindakan pengendalian.

4. Bersikap Realistis dan Berhati-hati dalam Menilai

Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian memalukan, tetapi tentunya itu tidak akan berlangsung lama. Lambat laun, peristiwa tersebut akan terlupakan. Selain itu, kita semua juga pasti memiliki respons otomatis yang belum tentu mewakili perasaan. Misalnya, kamu ingin tertawa terbahak-bahak saat ada teman yang jatuh, tetapi sebenarnya tujuan utama kamu adalah untuk membantunya berdiri.

Jika terbesit dibenakmu bahwa respon otomatis tersebut tampaknya negatif, maka mulailah dengan bertanya kepada mereka tentang perasaannya, seperti “apakah kamu baik-baik saja?” atau “ayo saya bantu”. Gunakan kemampuan empati untuk mendengarkan dan memvalidasi pengalaman mereka sebelum menunjukkan reaksi.
 

Download aplikasi NewFemme sekarang untuk mendapatkan tips lainnya!