Leptospirosis: Hati-Hati Saat Musim Hujan

Leptospirosis: Hati-Hati Saat Musim Hujan

Kesehatan 203

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini umum terjadi di wilayah tropis, terutama ketika curah hujan sedang tinggi, salah satunya di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Penyakit ini termasuk golongan zoonosis, yaitu dapat menginfeksi hewan dan manusia.

Shop with Me

1 Lusin Bedong T1 90 x 72 cm / Selimut Bayi Katun Flanel isi 12 pc
IDR 82.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Flowest Collagen drink
IDR 120.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Paket body serum & body lotion cloova
IDR 138.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Mamypoko
IDR 80.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Gejala

Leptospirosis ini dapat menyerang siapa saja. Penyakitnya terdiri dari dua fase, yaitu leptospiremia (akut) yang umumnya menyebabkan seseorang mengalami gejala ringan atau tanpa gejala dan menyumbang 90% kasus serta fase kekebalan (tertunda) dengan gejala yang lebih parah dan lebih jarang terjadi. Berikut penjelasan lebih rincinya:

1. Fase Leptospiremia

Seseorang mungkin mengalami gejala seperti flu yang datang secara tiba-tiba. Misalnya demam tinggi, mata merah, sakit kepala, panas dingin, nyeri otot (terutama betis dan punggung bawah), sakit perut, mual muntah, diare, kulit atau mata menguning, dan ruam tanpa rasa gatal (terutama pada tulang kering).

Umumnya, fase ini dimulai dalam 2 hingga 14 hari setelah infeksi bakteri leptospira. Selama tahap ini, bakteri telah berada di dalam aliran darah dan akan mulai berpindah ke organ. DIkarenakan pada saat ini bakteri masih berada di dalam darah, maka untuk mengetahui tanda-tanda infeksinya, harus dilakukan tes darah.

2. Fase Kekebalan

Bakteri leptospira telah berpindah dari darah ke organ tubuh. Gejalanya sudah lebih parah, seperti batuk darah (hemoptisis), nyeri dada, kesulitan bernapas, kulit atau mata menguning, tinja berwarna hitam dan lengket, urin berdarah (hematuria), urin sedikit, hingga munculnya bintik datar merah pada kulit (petechiae).

Bakteri leptospira seringkali menumpuk di organ ginjal. Dikarenakan ginjal bertugas untuk memproduksi urin, maka untuk mengidentifikasi tanda-tanda infeksi serta mendeteksi antibodi terhadap bakteri leptospira, tes urin perlu dilakukan. Pada sedikit kasus, seseorang bisa menderita sindrom Weil, yang menyebabkan ia mengalami pendarahan internal, kerusakan ginjal, dan penyakit kuning.

Terdapat 2 fase leptospirosis, yaitu leptospiremia dan kekebalan

Penyebab dan Penularan Leptospirosis

Seseorang dapat tertular bakteri leptospira melalui luka terbuka atau lecet di kulit, mata, hidung, atau mulut. Bakteri ini semula berada di darah, kemudian masuk ke dalam organ dan menumpuk di ginjal. Bakteri ini kemudian menyebar karena ia dikeluarkan oleh ginjal melalui urin. Dampaknya, leptospirosis menyebar ke orang atau hewan lain.

Penularan leptospirosis biasanya terjadi melalui urin hewan ke manusia, di mana hampir semua mamalia bisa terkena (tikur, anjing, kuda, sapi, babi) dan jarang sekali dari manusia ke manusia lainnya. Selanjutnya, hewan yang terinfeksi bakteri leptospira dapat mencemari air dari kencing atau tanah dari kotorannya. Bentuk penularannya adalah sebagai berikut:

  • Kontak langsung dengan kencing atau cairan reproduksi hewan penderita leptospirosis

  • Kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi di mata, hidung,  mulut, luka, atau lecet di kulit

  • Makan makanan atau minum air yang terkontaminasi

Kasus leptospirosis banyak sekali ditemukan ketika suatu wilayah mengalami banjir atau hujan lebat. Selain itu, penyakit ini juga bisa dialami setelah anggota badan terendam atau bahkan menelan air terkontaminasi dalam waktu yang lama, misalnya saat berenang, naik arung jeram, atau berperahu.  

Diagnosis

Diagnosis leptospirosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes darah, dan tes urin. Selain itu, penyedia layanan kesehatan juga perlu untuk melakukan pengkajian riwayat gejala, riwayat perjalanan, serta apakah pernah melakukan kontak dengan sesuatu yang terkontaminasi. Jika seseorang sakit parah, maka mungkin ia perlu menjalani CT scan atau pemeriksaan pencitraan lainnya.

Pengobatan

Leptospirosis akan diobati dengan konsumsi antibiotik. Jika gejalanya ringan, bisa saja seseorang tidak perlu mendapatkan pengobatan, melainkan hanya memantau kondisinya selagi mengistirahatkan diri dan minum banyak air. Namun, jika gejalanya parah, maka seseorang perlu dirawat di rumah sakit. Pengobatan tambahan selama di rumah sakit akan tergantung dari organ mana yang terkena.

Leptospirosis diobati dengan antibiotik

Jadi, leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit ini dapat menyerang manusia dan hewan. Penyebarannya terutama terjadi akibat urin hewan yang infeksi mengkontaminasi air atau tanah, kemudian kontak dengan manusia. Jika sedang hujan lebat atau setelah banjir, hindari kontak dengan air yang tergenang.