1. Kehilangan Zat Gizi
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral serta antioksidan yang bagus. Sayangnya, proses penggorengan akan membuat kandungan-kandungan ini rusak. Vitamin C dan beberapa vitamin B sangat sensitif terhadap suhu tinggi, sehingga apabila melewati proses penggorengan, kandungannya akan jauh menurun. Maka dari itu, akan lebih baik sayur ditumis daripada di goreng.
Tak hanya kandungan vitamin, kandungan antioksidan seperti karotenoid dan tokoferol yang terkandung di dalam sayur pun dapat rusak. Di sisi lain, kandungan mineral dalam makanan umumnya tidak banyak terpengaruh oleh proses penggorengan. Mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, dan zat besi cenderung relatif terjaga.
2. Meningkatkan Jumlah Kalori dan Lemak
Proses penggorengan dapat menyebabkan perubahan kandungan zat gizi yang signifikan, terutama terkait kalori dan lemak. Ketika sayur digoreng, maka minyak akan terserap ke dalam sayuran. Tak hanya digoreng begitu saja, beberapa sayur terkadang juga dibaluri terlebih dahulu dengan tepung. Otomatis, tidak hanya kandungan lemak yang meningkat, tetapi juga kalori.
Selain itu, makanan yang digoreng sering mengandung lemak trans (lemak jahat). Lemak ini terbentuk ketika lemak tak jenuh mengalami proses hidrogenasi, yang membuat struktur kimianya berubah, sehingga membuatnya sulit dipecah oleh tubuh. Terbentuknya lemak trans dapat disebabkan oleh penggunaan suhu tinggi dan penggunaan minyak berulang kali.
Menggoreng akan meningkatkan kandungan kalori dan lemak jenuh
3. Memicu Zat Berbahaya
Proses penggorengan dapat menghasilkan senyawa akrilamida, yaitu senyawa racun yang terbentuk ketika memasak makanan pada suhu tinggi, termasuk menggoreng dan memanggang. Akrilamida merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik, alias pemicu kanker. Ia terbentuk akibat adanya reaksi kimia antara gula dan asam amino.
4. Meningkatkan Risiko Penyakit Kronis
Mengonsumsi makanan yang digoreng dapat meningkatkan risiko penyakit kronis. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa konsumsi makanan yang digoreng secara berlebihan berkaitan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung, kanker, diabetes, dan obesitas. Semakin sering seseorang mengonsumsi makanan yang digoreng, maka semakin tinggi risikonya.
-
Penyakit jantung: mengonsumsi makanan goreng dapat meningkatkan tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), serta obesitas. Ketiga faktor ini berkontribusi terhadap terjadinya penyakit jantung.
-
Diabetes melitus: mengonsumsi makanan goreng dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi insulin, yang mana ini menjadi faktor penting dalam kejadian diabetes melitus.
-
Obesitas: lemak trans dalam makanan yang digoreng berkontribusi signifikan terhadap kenaikan berat badan, di mana hal ini berkaitan dengan pengaruhnya terhadap hormon pengatur rasa lapar dan penyimpanan lemak.
Konsumsi makanan goreng berlebihan akan meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, dan diabetes melitus
Terapkan Pola Makan Bergizi Seimbang
Menggoreng bahan makanan bukanlah sesuatu yang dilarang, tetapi perlu diingat bahwa kita juga membutuhkan keberagaman jenis pengolahan di dalam satu piring makan. Jika lauk pauk kamu sudah dimasak dengan cara digoreng, maka pastikan sayurannya dimasak dengan metode pengolahan lain, misalnya tumis, kukus, atau rebus.
Jadi gampang saja, 4 alasan sederhana mengapa sayur tidak boleh digoreng adalah proses tersebut hanya akan menurunkan kandungan gizi, meningkatkan kandungan kalori dan lemak, memicu produksi zat berbahaya, dan meningkatkan risiko penyakit kronis. Usahakan untuk tidak gampang tergiur dengan lezatnya rasa makanan dan ingatlah bahwa semuanya butuh diseimbangkan.