Imposter syndrome terjadi ketika seseorang meragukan pencapaian dirinya sendiri dalam bidang yang biasanya ia ungguli, bahkan merasa dirinya seorang penipu. Seseorang menganggap kesuksesan yang didapat hanya terjadi karena waktu dan keberuntungan, bahkan tidak percaya bahwa itu diperoleh atas kemampuannya sendiri.
Kondisi ini awalnya dianggap sebagian besar diterapkan oleh high-achieving women, tetapi kini dapat dialami oleh siapa saja, apapun pekerjaan, status sosial, atau tingkat keahliannya. Adanya perasaan tidak mampu membuat seseorang dapat mengalami ketakutan bahwa orang lain menyadari hal yang sama terhadapnya. Akibatnya, ia lebih keras terhadap diri sendiri dan berujung merasa bersalah dan depresi.
Karakteristik
Ciri-ciri umum orang dengan imposter syndrome adalah merasa sebagai seorang penipu (imposter), tidak mampu untuk menilai kompetensi dan keterampilan secara realistis, selalu mengaitkan kesuksesan dengan faktor keberuntungan, mengkritik pencapaian diri sendiri, takut tidak dapat memenuhi harapan diri dan orang lain, menyabot kesuksesan dan meragukannya, serta kecewa ketika mengalami kegagalan.
Mereka tidak mempercayai kesuksesannya dan mengaitkan itu dengan faktor keberuntungan
Jenis Imposter Syndrome
Imposter syndrome tidak termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental, tetapi sindrom ini cukup umum terjadi paling minimal sekali seumur hidup. Seorang ahli imposter syndrome, Dr. Valerie Young, mengemukakan bahwa kondisi ini terbagi ke dalam 5 jenis, yaitu:
1. The Perfectionist
Percaya bahwa dirinya harus sempurna dalam segala aspek kehidupan, tetapi sebenarnya standar tersebut tidak selalu tercapai, dan itu justru memunculkan kritik terhadap diri sendiri dan menganggap bahwa apa yang dilakukan tidak sebaik yang orang kira.
2. The Expert
Percaya bahwa dirinya harus mengetahui segalanya tentang suatu subjek atau topik tertentu untuk menjadi seorang ahli, tetapi menyadari bahwa selalu ada ruang untuk belajar lebih banyak lagi.
3. The Natural Genius
Berpikir bahwa dirinya harus dapat dengan mudah menguasai suatu keterampilan lewat usaha yang kecil, tetapi ternyata upaya yang dilakukan lebih besar dari yang ia kira.
4. The Soloist
Meragukan kompetensi dirinya sendiri karena merasa tidak cukup, tetapi ternyata masih membutuhkan bantuan atau kolaborasi dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
5. The Superperson
Percaya bahwa dirinya harus menjadi seorang pekerja keras dan meraih kesuksesan, tetapi terkadang muncul perasaan ketidakcukupan karena tidak dapat selalu tampil baik.
Penyebab
Perasaan telah menjadi seorang penipu pada imposter syndrome ini tidak muncul atas diskriminasi oleh orang lain, melainkan berasal dari keyakinan internal. Tidak ada penyebab pasti mengapa imposter syndrome dapat terjadi. Namun, ada banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap kejadiannya. Berikut penjelasannya:
-
Pola asuh dan dinamika keluarga: ditekan untuk selalu berprestasi, dibandingkan dengan orang lain, dikritik tajam.
-
Memasuki lingkungan baru: memulai kuliah yang mana mengharuskan kita menjadi lebih mandiri atau merasakan hal asing ketika menempati posisi baru di tempat kerja.
-
Kepribadian: perfeksionis, neurotisisme, efikasi diri rendah.
-
Kecemasan sosial: perasaan cemas ketika berada di situasi di mana dirinya merasa tidak mampu, anxiety, atau depresi.
How to Deal with It
Tidak ada perawatan khusus untuk menangani imposter syndrome, tetapi jika dirasa itu memengaruhi kehidupan, maka konsultasikan dengan tenaga profesional. Untuk mengatasi perasaan imposter syndrome, kita perlu terlebih dahulu merasa nyaman dan meyakini segala sesuatu tentang diri sendiri. Setelah itu, lakukan beberapa strategi berikut untuk mengatasi perasaan sebagai penipu tersebut, seperti:
-
Mengakui perasaan itu memang ada
-
Membagikan perasaan tersebut kepada orang lain
-
Menuliskan seluruh pencapaian dan apa yang telah dikuasai, lalu berikan penilaian terhadap diri sendiri secara rasional
-
Lakukan step-by-step dan berikan penghargaan kepada diri sendiri setelah melakukan setiap tindakan
-
Berhenti membandingkan diri dengan orang lain
-
Bangun koneksi dan mintalah bantuan orang lain ketika itu memang dibutuhkan
-
Tantang keraguan dan cari cara untuk mengembangkan kemampuan
Nilailah diri sendiri setelah menuliskan seluruh pencapaian dan apa saja yang telah dikuasai untuk mengakui kemampuan sendiri
Jadi, imposter syndrome terjadi ketika seseorang merasa sebagai penipu karena ia meragukan pencapaian dalam bidang yang biasanya ia ungguli. Kondisi ini dapat terjadi akibat pola asuh, lingkungan baru, punya kepribadian tertentu, dan mengalami kecemasan sosial. Kalau Ladies pernah tidak nih merasakannya? Terus coping-nya bagaimana? Yuk sharing!