6 Racun Dalam Makanan

6 Racun Dalam Makanan

Kesehatan 345

Ada beberapa bahan yang mungkin berbahaya, terutama bila dikonsumsi dalam jumlah besar. Newfemme akan membahas enam diantaranya.

Shop with Me

Toples Kaca Penyimpanan Makanan Bamboo Cover - YS-7061
IDR 61.600
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Kemeja salur pria dan wanita lengan panjang up to big size atasan pria kemeja garis kerah chiang'i
IDR 135.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Flowest Collagen drink
IDR 120.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Lipstik Maybelline new york
IDR 82.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
  1. Bisphenol A (BPA) dan senyawa serupa

Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang dapat ditemukan pada wadah plastik dan kaleng logam kemasan makanan dan minuman. Kita perlu berhati-hati terhadap senyawa ini karena BPA dapat keluar dari wadah dan masuk ke dalam makanan atau minuman di dalamnya. BPA diyakini meniru estrogen dan dapat mengganggu fungsi hormon yang khas. Kadar BPA yang tinggi dikaitkan dengan resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan obesitas.

Untungnya, sebagian besar plastik dan kaleng sekarang bebas BPA. Namun, untuk mengurangi paparan terhadap senyawa yang berpotensi berbahaya ini, sebisa mungkin hindari makanan dan minuman dari plastik dan kaleng. Kamu bisa menggunakan peralatan makan dan minum dari kaca dan stainless steel sebagai pengganti plastik.

  1. Lemak trans buatan

Lemak trans buatan dibuat dengan memompa hidrogen ke dalam minyak tak jenuh seperti minyak kedelai dan jagung untuk mengubahnya menjadi lemak padat. Lemak trans buatan digunakan di banyak makanan olahan, seperti margarin, makanan ringan, dan makanan panggang kemasan.

Konsumsi lemak trans dapat menyebabkan peradangan dan memiliki efek negatif pada kesehatan jantung. Penggunaan lemak trans buatan bahkan telah dilarang sepenuhnya di Amerika Serikat sejak Januari 2020.

  1. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH)

Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dianggap sebagai polutan lingkungan yang muncul dari pembakaran bahan organik, namun juga ditemukan dalam makanan, contohnya pada daging yang dipanggang atau diasap pada suhu tinggi. Hal ini karena lemak daging yang menetes ke permukaan memasak panas menghasilkan PAH yang dapat meresap ke dalam daging.

Meskipun daging merah pernah dianggap sebagai penyebab utama, sampel ayam dan ikan bakar ternyata mengandung kadar PAH yang sama. Selain itu, PAH juga ditemukan di banyak jenis makanan olahan. Konsumsi PAH terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara, ginjal, usus besar, dan prostat.

Meskipun menggunakan metode memasak lain, seperti merebus atau memasak lambat, lebih baik, namun kamu dapat mengurangi PAH sebanyak 89% saat memanggang dengan meminimalkan asap dan menghilangkan tetesan minyak dengan cepat.

  1. Kumarin dalam kayu manis

Kumarin merupakan senyawa toksik yang terdapat pada kayu manis. Jenis kayu manis ini biasanya ditemukan di toko bahan makanan. Pada dosis tinggi, kumarin telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker dan kerusakan hati.

Namun, tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak kumarin yang terkandung pada makanan kecuali kamu mengujinya sendiri. Oleh karena itu, jika ingin menghindari kumarin, carilah jenis kayu manis yang berbeda, misalnya kayu manis Ceylon atau "kayu manis asli", dari tanaman Cinnamomum verum.

  1. Gula tambahan

Gula tambahan sering disebut sebagai gula tanpa kalori, Namun, efek berbahaya dari gula sebetulnya tidak hanya itu. Konsumsi gula yang tinggi fruktosa seperti sirup jagung secara berlebihan dikaitkan dengan banyak kondisi serius, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, sindrom metabolik, penyakit hati berlemak, dan kanker.

Makanan tinggi gula tambahan juga sangat diproses dan mungkin memiliki sifat adiktif yang menyulitkan sebagian orang untuk mengatur asupan makanan ini. Untuk menurunkan asupan gula tambahan, batasi konsumsi makanan dan minuman manis.

  1. Merkuri dalam ikan

Ikan adalah protein hewani yang sangat sehat, tetapi varietas tertentu dari ikan laut dalam dapat mengandung merkuri tingkat tinggi. Merkuri pada ikan adalah hasil dari polutan yang naik ke rantai makanan di laut.

Tanaman yang tumbuh di perairan yang tercemar merkuri dikonsumsi oleh ikan kecil, yang kemudian dikonsumsi oleh ikan yang lebih besar. Seiring waktu, merkuri terakumulasi dalam tubuh ikan yang lebih besar, yang akhirnya dimakan oleh manusia.

Merkuri adalah racun saraf, artinya merkuri dapat dapat merusak otak dan saraf. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan wanita hamil dan menyusui berada pada risiko yang sangat tinggi, karena merkuri dapat mempengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf janin dan bayi.

Beberapa ikan seperti king mackerel dan swordfish, mengandung merkuri yang sangat tinggi dan harus dihindari. Namun, mengonsumsi ikan jenis lain tetap disarankan karena memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Untuk membatasi paparan merkuri, pilih ikan merkuri rendah seperti salmon, pollock, herring, dan lele.

Untuk meminimalkan risiko bahaya, batasi konsumsi makanan olahan, minyak biji, daging olahan, dan gula tambahan sebanyak mungkin. Namun, penting juga untuk diingat bahwa banyak dari makanan ini berbahaya hanya dengan asupan teratur atau tinggi yang konsisten, jadi tidak berarti kamu tidak boleh mengkonsumsinya sama sekali.

Baca juga artikel menarik lainnya hanya di Newfemme, ya!

 

Sumber:

Feller, M. (2022). 6 ‘Toxins’ in Food That Are Actually Concerning. Healthline. [online]. https://www.healthline.com/nutrition/food-toxins-that-are-concerning