Hasil riset dari Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara di dunia. Ironis, di tengah minat baca yang rendah, justru buku bajakan merajalela di masyarakat Indonesia. Hampir setiap penulis merasa dirugikan jika menemukan pembajakan terhadap tulisan yang diterbitkannya. Tapi berbeda dengan Paulo Coelho.
Shop with Me
Ternyata kesuksesan novel The Alchemist tidak menjadikannya sombong membuatnya sombong. Dilansir dari laman twitter milik Paulo, Ia menyatakan senang jika buku-bukunya dibajak.
Bersamaan dengan unggahan foto seorang pemuda yang tampak menjajakan buku-buku bajakan karyanya, Paulo Coelho bercuit “Orang-orang menyebutnya edisi ‘bajakan’. Bagi saya, ini adalah suatu kehormatan, cara jujur bagi pemuda ini untuk menghasilkan uang.”
Cuitan tersebut tentunya menuai kontroversi di kalangan masyarakat se-dunia. Paulo dianggap mendukung tindakan pembajakan buku. Padahal tindakan tersebut sama saja dengan mencuri hak kekayaan intelektual. Lalu siapa yang diuntungkan dari tindakan ini? Tentunya para pembajak buku. Siapa yang dirugikan? Pastinya sang penulis.
Entah apa yang ada di benak Paulho ketika menuliskan cuitan tersebut. Ataukah cuitan tersebut sebenarnya merupakan sindiran? Kira-kira apa ya maksud sebenarnya di balik cuitan tersebut?