Mengenal Osteoporosis: Bagaimana Kondisinya di Indonesia?

Mengenal Osteoporosis: Bagaimana Kondisinya di Indonesia?

Kesehatan 441

Ladies, pernahkah kamu melihat orang dengan postur bungkuk? Atau mungkin orang yang mudah terkena cedera tulang? Postur bungkuk dan seringnya cedera tulang merupakan salah satu pertanda dari penyakit osteoporosis, atau yang biasa dikenal sebagai keropos tulang. Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh menurunnya kekuatan tulang, sehingga tulang mudah patah (International Osteoporosis Foundarion, 2020).

Shop with Me

1 DUS / KARTON SO KLIN LIQUID DETERGENT SACHET
IDR 52.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Sweetshirt dress by H&M
IDR 200.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Posh Hijab body spray 150ml
IDR 18.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bitzen Topi Wanita Star Summer Hat Korean Fashion Knit Visor Sports Baseball Cap Topi Olahraga Rajut Katun
IDR 20.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Pada kondisi dimana osteoporosis terjadi, tulang menjadi rapuh karena penurunan massa tulang dan perubahan bentuk jaringan tulang. Sehingga, osteoporosis ditandai oleh penurunan kepadatan dan kualitas tulang. Kepadatan tulang diukur berdasarkan jumlah gram mineral per volume tulang, sedangkan kualitas tulang berhubungan dengan rancang bangun tulang serta proses penghancuran dan pembentukan kembali tulang-tulang kita. Densitas tulang dapat dihitung menggunakan alat, sedangkan kualitas tulang tidak dapat diukur dengan angka.

Secara umum, osteoporosis lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Selain itu, osteoporosis lebih banyak dialami oleh orang yang lebih tua. Diperkirakan, satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki berusia lebih dari 50 tahun mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Lebih lanjut, 23% perempuan usia 50-80 tahun dan 53% perempuan usia 70-80 tahun menderita osteoporosis (Asia Pasific Regional Audit: Epidemiology, Costs, and Burden of Osteoporosis, 2013).

Di Indonesia, analisis data risiko osteoporosis telah dilakukan oleh Puslitbang Gizi Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2005. Penelitian ini dilakukan pada lebih dari enam puluh ribu orang di 16 wilayah di Indonesia dengan metode pemeriksaan densitas (kepadatan) massa tulang menggunakan alat diagnosis yang disebut dengan clinical bone sonometer. Tes kepadatan tulang dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya osteoporosis, dan dilakukan dengan mengukur kepadatan tulang dengan teknologi bunyi berupa ultrasound.

Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa sebanyak dua dari lima orang di Indonesia hidup dengan osteoporosis dini, atau biasa disebut juga dengan osteopenia. Sedangkan, satu dari sepuluh orang di Indonesia mengalami osteoporosis. Menariknya, kejadian osteopenia ini banyak terjadi pada perempuan dengan usia di atas 55 tahun. Bahkan, prevalensi osteopenia pada kelompok umur tersebut enam kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Sejalan dengan hal tersebut, angka osteoporosis pada perempuan Indonesia dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

Lebih lanjut, pada tahun 2013, International Osteoporosis Foundarion menyatakan bahwa prevalensi osteoporosis di Indonesia pada perempuan usia 50-70 tahun sebesar 23%, sedangkan untuk perempuan usia >70 tahun sebesar 53%. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada perempuan karena ketika perempuan memasuki masa menopause, kadar hormone esterogennya menurun dan mengurangi kemampuan pembentukan tulang. Akibatnya, tulang perempuan lebih cepat keropos.

Pada penderita osteoporosis, rapuhnya tulang membuat tulang mudah patah walaupun hanya cedera ringan. World Health Organization menyatakan bahwa 50% kejadian patah tulang panggul dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup dan meningkatkan angka kemarian. Sedangkan, pada perempuan yang mengalami patah tulang spinal, terdapat kemungkinan terjadinya fraktur baru dalam jangka waktu satu tahun.

Dengan mengetahui bahwa ternyata prevalensi osteoporosis di Indonesia cukup tinggi, kita harus lebih peka terhadap faktor resiko dan gelaja dari osteoporosis ini. Di artikel ini sudah diungkit beberapa diantaranya, seperti faktor resiko berupa jenis kelamin dan usia, serta gejala berupa keadaan bungkuk dan mudah terkena cedera tulang. Pembahasan mendalam mengenai faktor resiko dan gejala osteoporosis akan di bahas pada artikel selanjutnya di Newfemme, jadi jangan ketinggalan, ya!

 

Sumber:

Asia Pasific Regional Audit. (2013). Laporan Asia Pasific Regional Audit: Epidemiology, Costs, and Burden of Osteoporosis.

World Health Organization. 2013. WHO Scientific Group on the Assessment if Osteoporosis at Primary Health. 5(7).

Pusat Data dan Informasi. (2019). InfoDATIN: Situasi Osteoporosis di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.