Mengenal Hipertensi, si Pembunuh Senyap

Mengenal Hipertensi, si Pembunuh Senyap

Kesehatan 523

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang kerap kali disebut sebagai “si pembunuh senyap” atau “the silent killer”. Hal ini karena tidak semua penderita hipertensi menyadari penyakit yang dideritanya. Padahal, hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama kematian usia muda di dunia. Hipertensi menjadi ancaman kesehatan masyarakat karena potensinya yang mampu mengakibatkan kondisi komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.

Shop with Me

Gluta drink
IDR 300.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
SPIRO Mixed Fiber Detox Tubuh
IDR 769.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Theraskin Oil Control Facial Wash240mL
IDR 81.840
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Kemeja salur pria dan wanita lengan panjang up to big size atasan pria kemeja garis kerah chiang'i
IDR 135.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, atau biasa disingkat WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia, dimana hanya satu dari lima orang diantaranya yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darahnya. Lebih lanjut, WHO memperkirakan, satu di antara lima orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih besar pada kelompok laki-laki, dimana diperkirakan satu dari empat orang di dunia mengidap hipertensi.

Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk > 18 tahun sebesar 34,11%. Prevalensi hipertensi pada Riskesdas 2018 diukur dengan wawancara dan pengukuran. Melalui wawancara responden akan ditanyakan apakah pernah didiagnosis menderita hipertensi. Selain itu, juga ditanyakan mengenai kepatuhan meminum obat hipertensi. Sehingga Riskesdas 2018 menghasilkan tiga angka prevalensi, yaitu berdasarkan diagnosis (D), diagnosis atau sedang minum obat (D/O), dan pengukuran (U).

Metode pengukuran secara umum menghasilkan angka prevalensi yang lebih lebih besar karena berhasil menjaring responden yang merupakan penderita hipertensi namun tidak menyadari jika mereka memiliki tekanan darah yang tinggi. Sedangkan angka prevalensi berdasarkan diagnosis atau minum obat sangat bergantung pada kemampuan mengingat responden, dan tidak mampu menjaring responden yang memiliki tekanan darah tinggi namun tidak menyadarinya

Penegakkan diagnosa dapat dilakukan melalui pengukuran tekanan darah dengan alat yang disebut dengan spygmomanometer. Saat ini, bentuk sphygmomanometer bermacam-maca, mulai dari air raksa, digital, hingga aneroid. Pengukuran akan lebih akurat jika dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader kesehatan yang telah dilatih dan dinyatakan layak oleh tenaga kesehatan untuk melakukan pengukuran, dengan sphygmomanometer yang telah ditera.

Hipertensi ditandai dengan hasil pengukuran tekanan darah yang menunjukkan tekanan sistolik sebesar > 140 mmhg atau dan tekanan diastolik sebesar > 90 mmhg. Lebih lanjut, hipertensi dapat dibagi menjadi tingkatan-tingkatan berikut:

  1. Tekanan Darah Normal jika tekanan darah atas (sistolik) <120 dan tekanan darah bawah <80
  2. Tekanan Darah Fase Pre-Hipertensi jika tekanan darah atas (sistolik) 120-139 dan tekanan darah bawah 80-89
  3. Tekanan Darah Fase Hipertensi Tingkat 1 jika tekanan darah atas (sistolik) 160 dan tekanan darah bawah 100
  4. Tekanan Darah Fase Hipertensi Tingkat 2 jika tekanan darah atas (sistolik) 140 dan tekanan darah bawah <90
  5. Tekanan Darah Fase Hipertensi Sitolik Terisolasi jika tekanan darah atas (sistolik) <120 dan tekanan darah bawah <80

Jadi, apakah sekarang Ladies sudah lebih mengenal hipertensi? Yuk, terapkan jaga tekanan darah anda untuk hidup lebih sehat! Jangan lupa, baca artikel terkait gizi dan kesehatan lain di Newfemme untuk memperkaya pengetahuanmu.

 

Sumber:

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Litbangkes, Kemenkes.

Pusat Data dan Informasi. (2019). InfoDATIN. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.