Hubungan Pandemi COVID-19 dengan Diet dan Kebiasaan Makan

Hubungan Pandemi COVID-19 dengan Diet dan Kebiasaan Makan

Kesehatan 804

Pandemi mengubah banyak hal di kehidupan kita. Salah satu hal yang berubah adalah diet dan kebiasaan makan. Perubahan diet dan kebiasaan makan ini berbeda pada setiap orang. Ada orang yang mengkonsumsi makanan yang berbeda dari apa yang biasa dia konsumsi sebelum pandemi COVID-19 melanda, ada orang yang mengkonsumsi makanan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya, ada juga orang yang mengalami krisis pangan dan gangguan makan. Berikut adalah beberapa efek pandemi COVID-19 dengan diet dan kebiasaan makan:

Shop with Me

Paket body serum & body lotion cloova
IDR 138.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bitzen Topi Wanita Star Summer Hat Korean Fashion Knit Visor Sports Baseball Cap Topi Olahraga Rajut Katun
IDR 20.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
O'Sweet Singapore | Ginger Hair Fall | Shampoo Anti Rontok Shampoo | Hair Tonic | Mempercepat Pertumbuhan Rambut
IDR 1.260.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Tas Selempang Wanita Inara / Tas Bahu Wanita Kekinian
IDR 32.500
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
  1. Mengkonsumsi Lebih Banyak Makanan

Studi yang dilakukan oleh Kriaucioniene, dkk dan diterbitkan pada Jurnal Nutriens tahun 2020 menunjukkan bahwa 1 dari 2 orang mengkonsumsi lebih banyak makanan dari diet sebelum pandemi COVID-19 melanda. Studi yang lain menunjukkan bahwa pada kondisi lockdown, orang-orang cenderung mengkonsumsi makanan dengan frekuensi lebih sering dibandingkan biasanya. Mudahnya melakukan pesan-antar makanan dari luar juga menjadi salah satu alasan peningkatan konsumsi makan.

  1. Mengkonsumsi Makanan Kurang Sehat

Konsumsi makanan yang digoreng, makanan manis, makanan kaleng, dan berbagai snack meningkat ketika pandemi COVID-19. Masih menurut studi yang dilakukan Kriaucioniene, dkk, 45% responden menunjukkan peningkatan konsumsi snack. Sedangkan, menurut studi yang dilakukan oleh Ferrante, dkk dan diterbitkan pada Jurnal Epidemiologia, perubahan kebiasaan makan menjadi kurang sehat banyak dilaporkan terutama pada perempuan. Tiga dari sepuluh responden melaporkan peningkatan konsumsi makan yang kurang sehat tanpa meningkatkan jenis makanan yang lebih sehat.

Pada kondisi lockdown, masyarakat memang akan lebih banyak makan di rumah. Akan tetapi, makan di rumah tidak selalu berarti mengkonsumsi makanan yang lebih sehat. Ada kebiasaan-kebiasaan baru yang terbangun, seperti mengkonsumsi makanan secara take-away atau pesan antar. Kebanyakan makanan dan minuman yang didapat dari pesan antar adalah makanan cepat saji dan minuman manis.

  1. Mengalami Krisis Pangan

Pada beberapa daerah, pilihan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh krisis pangan yang terjadi. Krisis pangan terjadi karena turun hingga hilangnya pendapatan pada beberapa kelompok masyarakat akibat pandemi COVID-19. Krisis pangan ini menyebabkan perubahan negatif dalam konsumsi dan pola makan.

Hal ini karena orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi cenderung akan mengkonsumsi makanan lebih sedikit dan memilih makanan yang lebih murah dibandingkan biasanya. Pada umumnya, makanan yang dikurangi adalah kelompok makanan dengan harga yang lebih mahal, seperti daging dan protein hewani lainnya.

  1. Meningkatkan Gangguan Makan

Orang yang telah memiliki riwayat gangguan makan sebelum pandemi COVID-19 mengalami kecenderungan peningkatan gangguan makan baik berupa membatasi makan secara berlebihan (restricting) hingga makan terlalu banyak (binging) ketika pandemi. Hal ini karena keadaan social distancing menyebabkan akses terhadap bantuan dan pelayanan kesehatan atau terapi menjadi lebih sulit.

Angka gangguan makan, baik karena membatasi makan secara berlebihan (restricting) maupun makan terlalu banyak (binging) ini bahkan lebih besar pada orang yang sebelum pandemi COVID-19 tidak memiliki riwayat gangguan makan. Salah satu hal yang diduga menjadi penyebab adalah menurunnya kesehatan mental karena  peningkatan level stress dan depresi selama pandemi, terutama pada dewasa muda.

              Biarpun begitu, banyak juga orang-orang yang mampu membangun kebiasaan-kebiasaan sehat ketika pandemi, seperti memasak sendiri makanan sehari-hari, mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur, hingga berusaha merutinkan olahraga. Kebanyakan, hal ini disebabkan oleh kesadaran menjaga kekebalan tubuh agar kemungkinan terkena COVID-19 juga menurun. Apakah Anda salah satunya?

              Yuk, jaga tubuh dan mental kita agar tetap sehat selama pandemi! Baca artikel terkait gizi dan kesehatan lain di Newfemme untuk meningkatkan wawasanmu terkait hidup sehat.

 

Sumber:

Błaszczyk-Bębenek, E., Jagielski, P., Bolesławska, I., dkk. (2020). Nutrition Behaviors in Polish Adults before and during COVID-19 Lockdown. Nutrients12(10), 3084.

Ferrante, G., Camussi, E., Piccinelli, C., dkk. (2020). Did social isolation during the SARS-CoV-2 epidemic have an impact on the lifestyles of citizens?. L’isolamento sociale durante l’epidemia da SARS-CoV-2 ha avuto un impatto sugli stili di vita dei cittadini?. Epidemiologia e prevenzione44(5-6 Suppl 2), 353–362.

Kriaucioniene, V., Bagdonaviciene, L., Rodríguez-Pérez, C., dkk. Associations between Changes in Health Behaviours and Body Weight during the COVID-19 Quarantine in Lithuania: The Lithuanian COVIDiet Study. Nutrients12(10), 3119.

Phillipou, A., Meyer, D., Neill, E., dkk. (2020). Eating and exercise behaviors in eating disorders and the general population during the COVID-19 pandemic in Australia: Initial results from the COLLATE project. The International journal of eating disorders53(7), 1158–1165.