Protein Hewani vs Protein Nabati, Mana yang Lebih Sehat?

Protein Hewani vs Protein Nabati, Mana yang Lebih Sehat?

Kesehatan 558

Protein hewani atau nabati, sebenarnya mana yang lebih baik sih? Ada teori beredar bahwa protein hewani dapat meningkatkan keasaman di tubuh yang menyebaban tubuh mengambil kalsium dari tulang sebagai kompensasi untuk menetralkan asam. Kondisi ini menyebabkan orang percaya bahwa protein hewani tidak baik untuk tulang. Sementara teori lainnya menyebutkan bahwa protein nabati tidak sebaik protein hewani karena tidak dapat diserap tubuh secara optimal.

Shop with Me

Bitzen Topi Wanita Star Summer Hat Korean Fashion Knit Visor Sports Baseball Cap Topi Olahraga Rajut Katun
IDR 20.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
T-shirt
IDR 150.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Sprei kasur Bahan Polymicro
IDR 23.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Jepitan Rambut Imut
IDR 50.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

 

Banyaknya mitos tentang protein yang beredar bisa-bisa membuat masyarakat takut mengonsumsi protein. Padahal protein ini penting untuk membentuk massa otot, mempercepat penyembuhan luka, serta melawan penyakit. Supaya tidak termakan mitos, simak artikel berikut ini untuk tahu lebih lengkap tentang perbedaan protein hewani dan nabati.  

 

Apa yang terjadi jika hanya mengonsumsi protein nabati?

Sumber: Dokter Sehat.com

Protein yang masuk ke dalam tubuh akan dipecah menjadi asam amino untuk dimetabolisme. Sayangnya, kebanyakan protein nabati memiliki asam amino yang tidak selengkap protein hewani. Contohnya, banyak sumber protein nabati yang hanya sedikit mengandung asam amino methionin, tryptophan, lisin, dan isoleusin.

 

Sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dan biji-bijian dikatakan sebagai sumber protein tidak lengkap karena biasanya golongan ini tidak memiliki salah satu asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.

 

Selain itu, berbeda dengan sumber protein hewani yang dilengkapi dengan zat besi heme dan non-heme, sumber nabati justru hanya mengandung zat besi non-heme. Perlu diketahui bahwa tubuh lebih mudah menyerap zat besi heme dibandingkan non-heme. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa seorang vegetarian berisiko lebih tinggi mengalami anemia defisiensi zat besi.

 

Beberapa nutrisi lain seperti vitamin B12 dan zinc juga tidak ditemukan pada sumber protein nabati. Kekurangan vitamin B12 ini akan menyebabkan seseorang berisiko mengalami anemia dan tubuh rentan terserang penyakit. Begitupun yang terjadi apabila seseorang kekurangan zinc, maka tubuh akan lebih rentan terserang penyakit dan infeksi.

 

Apa yang terjadi jika hanya mengonsumsi protein hewani?

Protein hewani seperti daging merah, ikan, telur, dan susu merupakan sumber protein lengkap karena mengandung seluruh asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.

 

Telah kita ketahui bahwa protein hewani mengandung zat besi heme yang dapat diserap secara optimal oleh tubuh. Pada dasarnya protein hewani juga mengandung komponen zat besi non-heme. Proporsi antara kedua zat besi tersebut dalam protein hewani adalah 40% zat besi heme dan 60% zat besi non-heme.

 

Maka dapat dikatakan bahwa protein hewani menang dalam segi kelengkapan dan daya absorbsi zat besi. Pasalnya zat besi dibutuhkan tubuh untuk mengangkut oksigen dari paru-paru menuju ke seluruh tubuh. Sehingga mengonsumsi jenis makanan ini dapat memperlancar peredaran oksigen dan mencegah risiko anemia.

 

Meski protein hewani memiliki kelengkapan asam amino dan daya absorbsi zat besi yang lebih baik, namun ada efek samping yang perlu diwaspadai. Beberapa studi menunjukkan keterkaitan antara konsumsi daging merah dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian.

 

Terutama daging merah yang telah diproses atau dibakar, risiko menimbulkan penyakit semakin meningkat. Pasalnya cara memasak dagin merah dengan dibakar dapat menyebabkan pembentukan zat karsinogen.

 

Mana yang lebih baik, protein nabati atau hewani?

Baik protein hewani maupun protein nabati, keduanya memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan. Di satu sisi, protein hewani merupakan makanan dengan kualitas protein tinggi karena memiliki kelengkapan asam amino dan nutrisi yang lebih baik. Di sisi lain, meski protein nabati tidak memiliki kualitas protein setinggi protein hewani, namun tetap mampu memberikan manfaat dalam menurunkan kolesterol, tekanan darah, dan risiko penyakit jantung ataupun stroke.

 

Demi mendapatkan manfaat yang optimal, sebaiknya Anda tetap memasukkan daging-dagingan yang banyak melalui proses pengolahan serta protein nabati yang cukup ke dalam hidangan harian. Dengan asupan protein hewani dan nabati yang seimbang, maka kekurangan asam amino dari protein nabati dapat dilengkapi dan bahaya daging terproses juga dapat dihindari.