Lebih Buruk Mana, Lemak Jenuh atau Lemak Trans?

Lebih Buruk Mana, Lemak Jenuh atau Lemak Trans?

Kesehatan 669

Meskipun sama-sama meningkatkan kadar low density-lipoproteins (LDL), atau kolesterol jahat, namun terdapat satu perbedaan khas dari kedua jenis lemak ini dalam memengaruhi kesehatan. Apakah itu? Simak ulasan berikut.

Shop with Me

Decant MYKONOS Berry Caramel Pancake
IDR 6.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Gluta drink
IDR 300.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Handuk Grosir Murah Berkualitas (Ukuran 70x140)
IDR 85.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
O'Sweet Singapore | Ginger Hair Fall | Shampoo Anti Rontok Shampoo | Hair Tonic | Mempercepat Pertumbuhan Rambut
IDR 1.260.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

 

Mengapa lemak jenuh tidak boleh dikonsumsi berlebihan?

Lemak jenuh dapat ditemukan pada produk hewani seperti daging merah, ayam, susu, dan produk olahannya (keju, es krim, mentega, santan). Jarang diketahui bahwa minyak yang mulanya merupakan lemak tidak jenuh juga bisa berubah menjadi lemak jenuh ketika dipakai untuk menggoreng berulang kali. Minyak seperti ini biasa kita kenal dengan sebutan minyak jelantah. Adapun produk nabati yang mengandung lemak jenuh antara lain minyak kelapa dan minyak sawit.

 

Studi menunjukkan bahwa jenis lemak ini dapat meningkatkan kadar low density-lipoproteins (LDL), atau kolesterol jahat. Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih dan frekuensi sering, maka risiko penumpukan plak dan penyempitan pembuluh darah dapat terjadi. Kondisi ini akan berujung pada penyakit jantung dan stroke.

 

Mengapa lemak trans tidak boleh dikonsumsi berlebihan?

Lemak trans dapat ditemukan pada produk makanan olahan, makanan cepat saji, dan gorengan. Produk hewani seperti daging merah dan susu juga mengandung lemak trans meski dalam jumlah sedikit. Lemak ini terbentuk dari proses pemanasan yang menyebabkan hidrogenasi parsial.

 

Jenis lemak ini dikenal erat oleh masyarakat dengan julukan lemak jahat. Bagaimana tidak, lemak ini dapat menyebabkan peningkatan kadar LDL sekaligus kadar high density-lipoproteins (HDL), alias kolesterol baik, yang berdampak terhadap meningkatnya risiko penyakit jantung, stroke, obesitas, bahkan diabetes.

 

Lebih buruk lemak jenuh atau lemak trans?

Pada dasarnya lemak jenuh dan lemak trans dapat menyebabkan kenaikan kadar LDL tubuh yang berpengaruh terhadap risiko penyakit jantung dan stroke. Namun terdapat satu perbedaan yang dapat menjawab pertanyaan ini.

 

Lemak jenuh bekerja hanya meningkatkan kadar LDL, sedangkan lemak trans bekerja meningkatkan kadar LDL sekaligun menurunkan kadar HDL. Padahal, HDL adalah kolesterol baik yang bertugas mengangkut kolesterol jahat menuju hati untuk dihancurkan atau dikeluarkan dari tubuh. Sehingga jenis kolesterol ini dibutuhkan tubuh untuk mencegah penumpukan plak, melindungi arteri, dan mencegah penyakit kardiovaskular.

 

Berapa batas mengonsumsi lemak jenuh dan trans yang baik?

Meski lemak jenuh tampak lebih baik dari lemak trans, namun bukan berarti konsumsi lemak jenuh harus ditingkatkan. Keduanya tetap berpotensi menimbulkan risiko penyakit jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih. Batasi lemak dengan cermat supaya tubuh tetap mendapat manfaat tanpa harus mempertaruhkan risiko penyakit.

 

Batas maksimal asupan lemak jenuh bagi pria adalah 30 gram per hari, dan bagi wanita adalah 20 gram per hari. Sedangkan untuk lemak trans, batas maksimalnya adalah 5 gram per hari. Pada anak-anak, dianjurkan untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

 

Alangkah lebih baik lagi jika dapat mengganti asupan lemak jenuh dan lemak trans dengan lemak yang lebih sehat, yaitu lemak tak jenuh. Jenis lemak yang sehat ini bisa ditemukan dalam alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, minyak zaitu, ikan salmon, ikan tuna, dan ikan sarden.

 

Ingin tahu lebih banyak informasi seputar pola makan sehat? Kunjungi aplikasi Newfemme untuk membaca artikel kesehatan yang sudah diakui dokter. Salam sehat!