Mengenal Penyebab, Gejala, dan Dampak Stunting pada Anak

Mengenal Penyebab, Gejala, dan Dampak Stunting pada Anak

Kesehatan 621

Tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia berada pada angka 27,7%. Meskipun digadang-gadang bahwa prevalensi stunting di Indonesia telah menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun kondisi ini masih tetap tergolong kronis. Menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis apabila prevalensi stunting lebih dari 20%.

Shop with Me

Posh Hijab body spray 150ml
IDR 18.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bola basket
IDR 1.099.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Humanist
IDR 520.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
One set crinkle
IDR 99.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Sumber: The Jakarta Post

Apa itu stunting?

Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis selama kehamilan yang menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Biasanya kondisi ini ditandai dengan tinggi badan yang pendek. Perlu diingat bahwa anak pendek belum tentu stunting, namun anak stunting memang ditandai dengan tubuh pendek.

 

Anda perlu waspada jika tinggi badan anak yang timbul disertai dengan gangguan fungsi kognitif dan kemampuan belajar pada anak. Karena stunting tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik, melainkan perkembangan otak juga terhambat serta berbagai risiko penyakit yang bisa mendatangi di kehidupan selanjutnya.

 

Mengapa terjadi stunting?

Stunting merupakan manifestasi dar berbagai faktor yang terjadi selama kehamilan. Terdapat dua faktor penyebab stunting, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi fasilitas sanitasi yang tidak memadai, minimnya akses air bersih, dan lingkungan yang kurang bersih. Sementara faktor internal dapat terjadi akibat kekurangan gizi kronis baik sejak berada dalam kandungan maupun setelah kelahiran.

 

Berikut ini adalah tiga faktor utama yang menyebabkan stunting pada anak:

  1. Kekurangan gizi selama hamil

Pertumbuhan janin selama kehamilan dapat terhambat jika asupan makan ibu selama hamil kurang beragam dan tidak memenuhi kebutuhan gizinya. Apa yang dimakan oleh ibu, akan dimakan juga oleh janin dalam kandungan. Maka pola makan yang buruh akan menyebabkan janin tidak menerima nutrisi untuk mendukung perkembangannya.

 

  1. Kekurangan gizi setelah kelahiran

Jika sejak dalam kandungan anak sudah mengalami kekurangan gizi, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran. Kondisi ini akan memburuk jika ASI eksklusif selama 6 bulan tidak diberikan dan MPASI yang kurang berkualitas. Kurangnya asupan makanan tinggi protein, zat besi, dan zinc menjadi faktor penyebab terjadinya stunting pada anak setelah kelahiran. 

 

  1. Faktor eksternal lain

Faktor lainnya yang berkontribusi terhadap terjadinya stunting antara lain:

  • Fasilitas sanitasi yang tidak memadai dan minimnya akses air bersih
  • Keterbatasan akses pelayanan kesehatan selama kehamilan dan setelah melahirkan
  • Keterbatasan akses makanan bergizi karena tergolong mahal
  • Kurang edukasi pada ibu tentang kebutuhan gizi sebelum, saat, dan setelah hamil

 

Bagaimana cara mengetahui anak stunting?

Biasanya proses perkembangan yang terhambat dapat dilihat dari grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) yang berada di bawah garis kurva standar pada anak berusia 2-3 tahun. Jika melewati usia tersebut, maka kondisi ini menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan sudah terjadi di masa lampau (stunted).

 

Jika ingin mengetahui apakah tinggi badan anak normal, kunjungi posyandu atau puskesmas terdekat setiap bulannya untuk memantau pertumbuhan sejak kelahiran sampai usia 5 tahun melalui catatan Kartu Menuju Sehat (KMS). Selain perkembangan tinggi badan yang terhambat, ciri-ciri lain yang perlu diwaspadai yaitu:

  • Pertumbuhan melambat
  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Pertumbuhan gigi terlambat
  • Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
  • Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
  • Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
  • Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
  • Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi

 

Bagaimana dampak stunting?

Kondisi stunting pada anak yang tidak ditangani sebaik dan sedini mungkin dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi stunting tidak hanya berdampak terhadap pertumbuhan fisik yang terhambat, melainkan juga menghambat perkembangan otak, fungsi kognitif, serta daya tahan tubuh.

 

Anak stunting berisiko tinggi mengalami berbagai penyakit di masa mendatang. Beberapa dampak dari stunting yang dapat dialami seorang anak yaitu:

  • Kesulitan belajar
  • Gangguan perkembangan otak
  • Keterbelakangan mental
  • Gangguan sistem imun
  • Perawakan tubuh pendek
  • Risiko penyakit degeneratif seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan kanker
  • Kematian usia muda
  • Produktivitas menurun

 

Kekurangan gizi kronis sejak kehamilan dapat menimbulkan kerugian pada perkembangan fisik, kognitif, dan daya tubuh pada anak di awal kehidupan yang bersifat permanen. Setiap anak berhak untuk mendapat kualitas hidup yang baik baik kini maupun di masa mendatang. Oleh karenanya stunting perlu dihindari sejak kehamilan dengan asupan nutrisi yang baik dan lingkungan yang mendukung.

 

Bingung harus melakukan apa saja ketika menjadi orang tua? Baca artikel lainnya seputar parenting di Newfemme. Anda juga dapat terkoneksi langsung dengan dokter berpengalaman di bidangnya untuk mendapat saran seputar kehamilan.