Kenali Gangguan Makan Pica Pada Ibu Hamil

Kenali Gangguan Makan Pica Pada Ibu Hamil

Kesehatan 406

Adakah orang yang mengonsumsi makanan yang tidak biasanya? Tentu saja ada, salah satu kondisinya disebut dengan gangguan makan pica. Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengonsumsi item non-makanan. Lantas, apakah hal tersebut berbahaya? Apa penyebabnya? Langsung baca penjelasannya dalam artikel ini, ya.

Shop with Me

Dress Hitam Bunga Bunga By Theclosetlover
IDR 97.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Poise Day Cream Lumwhite + SPF Tube 20 gr - Whitening Day Cream
IDR 18.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
ALOHILOHI PAKET SET BRIGHTENING GLOWING BPOM
IDR 190.500
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Toples Kaca Penyimpanan Makanan Bamboo Cover - YS-7061
IDR 61.600
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Apa itu Gangguan Makan Pica?

Pica merupakan gangguan makan yang menyebabkan seseorang memakan sesuatu yang bukan makanan, tidak ada kandungan gizinya, dan sulit bagi mereka untuk menahannya. Jenis non-makanan yang dikonsumsi bisa berbahaya dan tidak berbahaya. Gangguan makan pica umumnya terjadi pada ibu hamil, namun juga bisa pada anak-anak dan orang dengan kondisi kesehatan mental tertentu. Pica dapat memiliki efek yang bermacam-macam.

Item Non-Makanan pada Pica

Tidak berbahaya bila ibu hamil konsumsi es batu, namun jenis non-makanan lainnya dapat membahayakan tubuh ketika dikonsumsi oleh orang yang berbeda. Tanah liat mengandung parasit yang ketika dimakan oleh orang tertentu akan menyebabkan infeksi. Rambut apabila dikonsumsi dapat tersangkut di saluran pencernaan sehingga menyebabkan penyumbatan atau robekan.

Berikut ini daftar non-makanan pada pica:

  • Es batu

  • Bedak bayi

  • Tanah liat

  • Kertas

  • Arang 

  • Cat

  • Lem

  • Kapur

  • Tanah liat

  • Pasir

  • Abu

  • Sabun mandi

  • Kotoran

Benda non-makanan yang berbahaya salah satunya adalah tanah liat

Gejala

Selain dari tidak dapat menahan untuk mengonsumsi non-makanan yang tidak ada kandungan gizinya, gejala lain yang ditunjukkan adalah memakan lebih dari satu jenis benda. Pica dapat berdampak pada kondisi lainnya, seperti anemia (kekurangan zat besi), askariasis (infeksi cacing gelang), sembelit, ketidakseimbangan elektrolit, ketidakteraturan irama jantung, keracunan timbal, dan penyumbatan usus. 

Penyebab

Meskipun konsumsi non-makanan, orang dengan pica tidak menghindari makanan biasa yang menandakan bahwa mereka bisa memenuhi kebutuhan gizinya. Disisi lain, penyebab persis mengapa pica terjadi tidak diketahui secara pasti, namun sempat disebutkan bahwa pica terjadi sebagai bentuk koping individu. Meskipun begitu, dipercaya bahwa ada faktor-faktor tertentu yang menjadi pemicunya, seperti:

  • Stres atau kecemasan yang menyebabkan seseorang mencari cari jalan keluarnya dengan mengonsumsi non-makanan.

  • Budaya dan agama tertentu, seperti memakan kotoran pada wanita muda di negara Afrika Selatan.

  • Pengalaman negatif saat kecil, misalnya pada anak-anak yang saat kecilnya memiliki keadaan ekonomi rendah.

  • Kekurangan gizi seperti zat besi, kalsium, atau seng.

  • Kondisi kesehatan jiwa seperti skizofrenia.

  • Kondisi medis seperti kehamilan dan anemia sel sabit.

Stres bisa jadi salah satu pemicu pica

Diagnosis

Tidak ada tes spesifik untuk menentukan apakah seseorang mengalami gangguan pica atau tidak, namun dalam penegakan diagnosisnya, terdapat 4 kriteria yang perlu diklarifikasi, yaitu periode waktu berapa lama perilaku konsumsi non-makanan terjadi, kondisi kesehatan mental seseorang, latar belakang sosial dan budaya yang dimiliki, dan kondisi kesehatan medis. Ada pula beberapa alasan kenapa pica tidak didiagnosis, yaitu karena:

  • Kekurangan gizi, karena orang anemia atau memiliki kadar kalsium yang rendah akan cenderung mengimbanginya dengan konsumsi makanan non-makanan.

  • Praktek budaya atau sosial, di tempat tertentu, memang ada orang yang mengonsumsi makanan non-makanan seperti tanah liat atau tanah.

  • Kondisi kesehatan medis dan mentah pada seseorang menyebabkan adanya pengecualian diagnosis pica.

Tes yang biasanya dilakukan terkait pica adalah untuk mengetahui apakah ada masalah kesehatan yang terjadi karena kondisi tersebut, diantaranya adalah:

  • Tes darah, urin, dan feses untuk memeriksa tanda-tanda infeksi, keracunan, dan ketidakseimbangan elektrolit.

  • X-rays, CT scans, atau MRI untuk mencari tanda-tanda penyumbatan atau kerusakan internal di saluran pencernaan.

  • EKG untuk mencari masalah pada irama listrik jantung.

Perawatan

Pica yang terjadi pada ibu hamil umumnya akan hilang dengan sendirinya. Sementara bagi anak-anak, akan lebih baik untuk menghilangkan item non-makanan agar mereka tidak mengonsumsinya. Perawatan pica mayoritas tidak dilakukan dengan konsumsi obat-obatan melainkan terapi. Beberapa terapi bisa dilakukan untuk mengobati pica, diantaranya yaitu:

  • Mild aversive therapy: mengajarkan seseorang untuk menghindari item non-makanan karena ada konsekuensi yang akan diperoleh dan menghargai perilaku makan sehat.

  • Behavioral therapy: bertujuan untuk mengajarkan dan mengubah metode seseorang ke arah strategi koping yang lebih baik.

  • Differential reinforcement: mengajarkan seseorang untuk fokus ke perilaku dan aktivitas lain untuk menghindari pica.

  • Obat antipsikotik namun dengan resep dokter.

Pica merupakan kondisi umum yang terjadi, terutama pada ibu hamil dan anak-anak. Meskipun tidak berbahaya, namun harus tetap diperhatikan karena mampu menyebabkan masalah yang lebih serius. Jika Ladies atau orang tersayang mengalaminya,  jangan malu dan sungkan untuk segera berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental. Jangan lupa baca artikel menarik lainnya hanya di Newfemme, ya!