Mengompol dalam Prespektif Kesehatan

Mengompol dalam Prespektif Kesehatan

Kesehatan 557

Ladies, tahukah kamu kalau peristiwa mengompol tidak hanya dapat terjadi pada anak-anak? Beberapa orang dewasa pun mungkin pernah mengalami fenomena mengompol atau tidak dapat menahan kencing tapi dengan alasan yang berbeda dibanding dengan anak-anak.

Shop with Me

Kuas Make Up Set Mini Travel Brush Berbagai Warna Imut Free Pouch Isi 8
IDR 9.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Bola basket
IDR 1.099.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Lipstik Maybelline new york
IDR 82.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang
Wardah Crystal Secret Essential Package (Cleanser 100 ml, Serum 20 ml, Day Cream 30 g)
IDR 397.000
Gratis Ongkir NewFemme
Beli Sekarang

Dalam dunia medis, hal tersebut disebut sebagai inkontinensia urine. Kondisi ini dapat terjadi pada orang usia berapapun, tapi paling umum dijumpai pada wanita usia di atas 50 tahun. Mari simak artikel berikut agar kita lebih paham tentang apa itu inkontinensia urine.

Definisi Inkontinensia Urine

Menurut International Continence Society (ICS), inkontinensia urine didefinisikan sebagai kondisi ketika keluarnya urine tanpa disadari atau tidak disengaja, istilah lainnya yaitu kebocoran urine. Diperkirakan sekitar 25 juta orang dewasa di Amerika Serikat memiliki kondisi ini. Di Indonesia sendiri, prevalensi perempuan yang menderita inkontinensia urine mencapai 13,5% pada tahun 2014. 

Meskipun bukan merupakan kondisi yang mengancam nyawa, akan tetapi inkontinensia urine bisa sangat mengganggu kehidupan penderitanya. Banyak orang yang memiliki kondisi ini takut untuk melakukan aktivitas normal karena tak ingin jauh dari toilet. Selain itu, inkontinensia urine juga dapat mempengaruhi kesehatan psikologis, interaksi sosial, serta hubungan interpersonal dan seksual.

Inkontinensia urine pada terjadi pada seluruh kelompok usia

Penyebab Inkontinensia Urine

Meskipun banyak dijumpai pada orang lanjut usia, faktor penuaan bukanlah penyebab dari inkontinensia urine. Kondisi ini sering diakibatkan oleh adanya perubahan spesifik pada fungsi tubuh yang berujung pada sakit, penggunaan obat. dan/atau timbulnya suatu penyakit. Tak jarang, inkontinensia urine menjadi gejala pertama dan satu-satunya dari infeksi saluran kencing. Perempuan berkemungkinan lebih besar mengalami inkonsistensi urine selama masa kehamilan dan setelah persalinan, atau setelah terjadinya perubahan hormon akibat menopause.

Inkontinensia urine umum ditemukan pada wanita hamil

Tipe Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

  1. Inkonsistensi urine tekanan/stress

Ditandai dengan keluarnya urine di luar kehendak yang berhubungan dengan meningkatnya tekanan pada abdomen yang terjadi ketika bersih, batuk, ataupun akibat tekanan fisik lain. Penyebab tidak bisa menahan kencing pada tipe ini dikarenakan kandung kemih dan otot uretra mengalami tekanan ekstra secara tiba-tiba sehingga urine keluar tanpa disadari.

  1. Inkontinensia urine desakan/urgensi

Ditandai dengan keluarnya urine di luar kehendak yang diawali oleh dorongan buang air yang tiba-tiba tapi tidak dapat ditahan, akibatnya penderita kencing disaat yang sama alias mengompol. Penyebabnya dapat bersifat non-neurogenik (adanya batu, tumor, atau infeksi kandung kemih) dan neurogenik (berhubungan dengan kelainan saraf).

  1. Inkontinensia urine luapan/overflow

Inkontinensia tipe ini terjadi karena ketidakmampuan kandung kemih untuk menampung seluruh urine yang dihasilkan sehingga terjadi kebocoran. Kondisi ini lebih sering dialami oleh pria yang memiliki masalah prostat.

  1. Inkontinensia urine fungsional

Tipe ini ditandai dengan adanya kebocoran urine akibat kesulitan untuk mencapai toilet tepat waktu, bisa disebabkan oleh masalah fisik seperti artritis, cedera, ataupun gangguan lainnya.

Faktor Risiko Inkontinensia Urine

Secara umum, faktor risiko yang dapat menyebabkan inkontinensia urine adalah sebagai berikut:

  • Kelainan saluran kemih bagian bawah.

  • Bertambahnya usia, mengakibatkan adanya perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih.

  • Riwayat penyakit yang berkaitan dengan gangguan saraf.

  • Menopause.

  • Diabetes melitus.

  • Obesitas.

  • Riwayat operasi pada area panggul. 

Untuk penanganan sementara, banyak wanita yang menggunakan diapers atau tampon untuk melindungi pakaian mereka dari kebocoran urine. Akan tetapi, perawatan spesifik atas kondisi ini tergantung dari usia, kondisi kesehatan keseluruhan, dan riwayat medis. Hal ini karena rentang pilihan perawatan cukup banyak, seperti terapi perilaku, modifikasi pola makan, rehabilitasi otot panggul, obat-obatan, hingga operasi. 

Baca artikel menarik lainnya hanya di Newfemme!